Happy reading!!
-----
"Won."
"Hm."
"Gue mau curhat." ucap Jisoo terus ngegeser kursinya kearah Sowon. Sekarang mereka lagi di kelas kosong, karena kelas dimulai setengah jam lagi.
"Apaan? Gue dengerin kok buruan." respon Sowon berbanding terbalik sama kegiatan yang dia lakuin —sibuk nyalin tugas Jisoo.
Akhirnya Jisoo nyodorin chatroom dia sama Taeyong kemarin, dan nyeritain tentang hal-hal yang bikin dia galau gajelas.
"Yaudah tinggal ketemu terus ngomong, lo cuma perlu jawab apa yang dia tanya dan tanyain apa yang jadi titik masalah lo." ujar Sowon yang tumben bisa mode serius.
"Tapi won, gue cuma takut —yah gue bukan over pd tapi gue cuma ragu em—gimana kalau dia nembak gue? Sumpah Won gue ragu." Jisoo nenggelamin wajah dilipatan tangannya.
"Apalagi sih yang lo pusingin, lo tinggal jawab iya kalau lo emang suka dan tolak kalau lo emang gasuka atau lo minta waktu dan bilang kalau lo masih ragu. Simpel 'kan?" jawab Sowon santai masih sibuk nyalin buku Jisoo.
"Nggak sesimpel itu Sowonn, gue cuma takut nantinya kalau gue sama dia ternyata gacocok atau tiba-tiba dia selingkuh atau justru gue yang nantinya nyakitin dia. Tapi gue juga gabisa bayangin kalau gue dijauhin dia, bahkan Ong aja berubah waktu gue nolak dia." ucap Jisoo frustasi, Sowon ngalihin perhatiannya dan ngadep Jisoo sepenuhnya.
"Denger, setiap pilihan pasti ada konsekuensi yang harus lo tanggung. Lo tuh terlalu mikir jauh dan ngedepanin rasa takut, kemana Jisoo yang siap nolak puluhan cowok dalam waktu 3 minggu? Lo nggak akan tau hasilnya kalau lo belum coba, lo nolak Taeyong dan dia ngejauh? Wajar, karena itu konsekuensi yang lo dapet setelah lo nolak dia berarti bagi lo dia bukan hal penting, dan sebaliknya lo juga bukan prioritas dia lagi—" Sowon ngejeda ucapannya dan mulai narik napas.
"Lo gabisa jadi pusat semua orang Jisoo, lo harus bisa nentuin pilihan lo iya-iya engga-engga jangan ada rasa nyesel nantinya. Gausah mikir terlalu jauh yang nantinya malah bikin lo nyesel, lo tinggal jalanin kalau emang gacocok bicarain baik-baik. Lebih baik dicoba dulu walau akhirnya bikin sakit hati seengganya lo udah coba, karena bakal beda rasanya kalau lo belum coba tapi akhirnya lo tetep sakit hati. Itu sama aja lo ngelewatin banyak moment, buat hal yang nyakitin." Sowon ngelus pundak Jisoo.
"Ihhh Sowon kok so sweet bangettt, tumben waras juga." ucap Jisoo dan senyum kearah Sowon.
"Tai, gue ngomong gitu sebagai calon kakak ipar yang baik."
"Ck." setelahnya mereka ketawa, rasanya Jisoo lega bisa sedikit berkeluh kesah sama calon kakak iparnya ini.
-----
Setelah pembicaraan Jisoo sama Sowon tadi dan setelah kelas selesai Taeyong langsung ngajak Jisoo ke cafe deket kampus, tanpa basa basi. Jisoo cuma bisa nurut dan cemberut kearah Sowon yang malah ngepalin tangannya ke atas, ngasih semangat."Mau ngomong apasih Yong? Kenapa nggak di kantin aja coba, capek tau." ucap Jisoo masih berusaha menyamai langkah Taeyong.
"Biar spesial," masa iya mau nembak di kantin fakultas tambah Taeyong—dalam hati.
"Spesial, dikira martabak telor kali spesial." jawab Jisoo santai padahalmah hatinya udah disko gajelas dari tadi pas Taeyong jalan di kelas ke arah dia terus narik tangannya—lemah Jisoo tuh.
"Mau pesen apa Jis?" tanya Taeyong sibuk ngebolak-balik buku menu.
"Minum aja deh, gajadi lapar." jawab Jisoo terus ngejauhin buku menunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cotton | Jisoo ft 95L ✔
Fanfiction[c o m p l e t e d] "Orang bilang titik mencintai paling tinggi adalah mengikhlaskan, halah. Bullshit, talk to my hand." ↪ ▶bahasa nonbaku + a lot of typo ▶started»15 Agustus 2018 ▶ended»02 Maret 2019