6. Dear Diary

100 3 0
                                    

       Dear diary,
Aku benci harus menerima kenyataan bahwa aku harus hidup dengan segala kegilaan ini. Kenapa sih, Tuhan harus meniupkan nyawa pada ku jika pada akhirnya aku menjadi orang yang tak berguna di dunia ini? Kadang aku bingung, untuk apa tuhan menciptakan hidup jika ada kematian? Untuk apa tuhan menciptakan cinta jika ada benci? Untuk apa tuhan menciptakan ujian yang bahkan tidak bisa aku lalui? Untuk apa tuhan menciptakan pertemanan jika ada penghianatan? Untuk apa? Aku pusing dengan pertanyaan" yg menghantui benakku. Aku butuh jawaban. Semua ciptaan itu bagai hal yang sia-sia bagiku. Semuanya hanya membuat lelah. Menambah-nambah beban saja. Lebih baik aku tetap menjadi tanah saja. Biarlah manusia menginjak-injakku, tapi tanah tak dapat merasa. Biarlah aku rendah, tapi tanah tak dapat merasa terhina. Biarlah aku bisu, tapi tanah tak berdosa dalam mencela. Biarlah aku hina, tapi tanah tak punya dosa.
Andai.. bila aku tak bisa menjadi tanah.. setidaknya tuhan cukup menyayangiku untuk memanggilku ke sisinya. Lebih baik pergi kan, daripada tetap tinggal namun hanya mengganggu orang lain? Hanya sebatang kara yang tak berguna? Benar, kan?
     Tidak, aku tak akan mengonsumsi obat" penenang itu. Atau obat" terlarang untuk melampiaskan semua ini. Aku juga tak akan bunuh diri. Toh, gaada yang akan berubah kan? Perasaan ku saja tak kan terpengaruh. Aku paham kok, itu hanya memperburuk keadaan. Tapi setidak-tidaknya aku akan tetap melukai fisik ini jika keadaanku sudah darurat. Tenang, ini hanya sebatas luka dan goresan. Tak akan berdampak pada orang lain. Lagipun aku pandai menyembunyikannya. Tak kan ada manusia yang melihatnya. Kujamin, sekalipun tidak akan. Aku kasihan pada mereka jika sampai mereka melihat kulitku, ini menjijikkan. Tapi masa bodoh tentang penampilan! Yg penting depresi ini terlampiaskan :-)

Infinity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang