Dear diary,
Kapankah ini semua akan berakhir?
Aku sudah cukup sekarat untuk merasakan semua ini.
Aku depresi, kehilangan arah, sangat cemas, sedih, lelah, kesepian, kehilangan harapan, dan terkadang merasa lumpuh.
Aku tak dapat merasakan diriku sendiri, aku tak merasakan apapun tentangnya.
Sangat sulit untuk menjelaskan apa yang kurasakan sekarang.
Dan, juga sangat susah untuk menjelaskan bagaimana aku menghadapinya.
Orang-orang tak akan pernah tau tentang itu, mereka tak akan menyadarinya, karena mereka tidak peduli.
Ya, mereka tidak peduli.
Hanya sebagai informasi, aku membenci semua ini.
Aku membenci berhadapan dengan diriku sendiri.
Menghadapi sisi dari diriku yang selalu ingin mengakhiri segalanya.
Sisi dari diriku yang selalu ingin menyakiti fisikku; seperti membuat luka di permukaan kulitku, merusak kakiku sendiri, mengonsumsi obat secara berlebihan, mengunci diriku di kamar mandi, dan masih banyak lagi.
Aku lelah berurusan dengan semua ini.
Aku sangat lelah mengurus semua rasa sakit ini, tapi aku harus tetap menyembunyikannya.
Membuat tawa palsu, senyum palsu, dan juga berbohong hanya untuk mengatakan bahwa aku baik-baik saja.
Tidak ada seorangpun yang melihat mataku; dua benda kecil yang mampu menjelaskan segala kepenatan dan lukaku tanpa membutuhkan kata-kata.
Atau, mereka hanya tidak peduli? Entahlah, aku tak tahu.
Terkadang aku hanya ingin menutup mataku,
Bermimpi akan diriku yang terbang diantara kebahagiaan yang tiada habis,
Hanya untuk melupakan rasa sakit yang sedang kualami.
Namun kemudian aku menjadi takut untuk membukanya kembali dan mulai bernapas untuk menyambut beberapa penderitaan baru.
Dan aku benar-benar lelah untuk berurusan dengannya sejak 11 bulan yang lalu :)
Batam, 16 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity
Non-FictionInfinity. Yah, penderitaanku tak memiliki batas. Ini catatan harianku, mengenai hal-hal dan derita yang bermain peran dalam hidupku. Aku harap, kau tidak membenciku karena luka-luka sayat yang kumiliki. ===
