Hidupku bagai sebuah galaksi. Berisi macam-macam benda angkasa yang mememenuhi ruangnya. Hatiku bagai bumi yang hanyut dalam kerusakan yang disebabkan manusia-manusia bodoh. Lapisan ozonnya rusak ditembus keingkaran. Gerakanku bagai satelit yang setia menemani planetnya. Planetnya adalah hatiku. Dan matahari, ia bersinar menjadi penerang dalam hidup ini.
Tapi, aku bukan Saturnus, si planet bercincin nan indah. Aku hanya seperti Neptunus, si planet terjauh nan dingin, atau Pluto? Mantan planet yang sudah tak diakui dan dicampakkan menjadi golongan planet kerdil.
Jiwaku bagai sebuah bintang yang bersinar di dalam fisik dan menegarkannya. Namun jika bintang sudah tak kuat, ia akan meledakkan diri menjadi bagian dari supernova, binasa dalam harapan yang sia-sia. Ini semua adalah sebab takdir, si meteor yang berjatuhan menghujam bumi dengan ganasnya. Dan secara keseluruhan, aku, aku adalah galaksi bimasakti yang sudah rapuh karena penghuni bumi nan bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity
No FicciónInfinity. Yah, penderitaanku tak memiliki batas. Ini catatan harianku, mengenai hal-hal dan derita yang bermain peran dalam hidupku. Aku harap, kau tidak membenciku karena luka-luka sayat yang kumiliki. ===