27

30 2 0
                                    

Langit malam nan hampa, lapangan kosong nan gersang, dan masjid serta kantin nan gelap tanpa pelita.

Itu saja yang dapat kedua retina ini pandang lewat jendela berawan kelabu di asrama ini.

Sunyi.

Sepi.

Mengapa? Ingin kegaduhan? Pecahkan saja ubun-ubun yang penuh akan kuriositas tentang masalah setajam mata pisau yg terus menghujam!

Tidak, tidak.. tentu saja, aku harus menahan diri. Bagaimana jika ada pasang koklea lain yang akan menangkap gelombang derita berfrekuensi tinggi itu?

Hancur.

Baiklah, apa sekarang aku harus berteriak dalam kegelapan, lagi?

Wahai angin malam, tak bisakah kau membawaku bersama debu dan pasir, yang selalu molekul-molekulmu angkut?

Aku hanya merindukan ribuan pelita kota nan jauh disana.

Hei, tempat ini sudah terselimuti gulita, aku benci kegelapan. Tolong bantu kedua retina ini tuk mandapat cahaya kembali!

Infinity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang