Jangan Baca Puisi Ini

110 7 4
                                    


Jangan Baca Puisi Ini


Sudah kubilang jangan dibaca

Kau hanya akan mengutukku lebih

Kau hanya akan melaknatku lebih

Dari sepersekian menit yang lalu


Apakah puisi harus selalu indah, Sialan?

Lantas dengan apa aku mengutuk perasaan ini?

Kenapa aku?

Kurang ibadah, kurang zikir, kurang mensyukuri hidup?


Kenapa? Aku tahu yang kulakukan itu sebuah kesalahan

Memutuskan hubungan, ya betul aku pendosa paling biadab

Semestinya bilang saja dari awal

Tidak perlu menganggap perbuatanku benar lagi layak


Tidak perlu pura-pura mengerti perasaanku

Jika pada akhirnya, kau menyayangkan keputusanku


Izinkan aku menjelaskan Pa, aku lelah dengan segala tanya

Ya benar, lebih baik ditinggal dibanding meninggalkan

Aku tahu, akulah satu-satunya orang goblok

Yang meninggalkan orang sebaik dan sesempurna dia

Aku dengar dengan jelas Pa

Dan itu perih


Aku tidak melakukannya

Jika saja kepala ini tidak berniat gila

Meningkatkan kecepatan motor

Lalu menabrakan diri ke truk yang sedang melaju


Kau tahu apa yang aku pikirkan?

Tentu saja aku tidak ingin mati

Aku hanya ingin kepalaku diam

Aku ingin berpikir positif seperti yang orang-orang lain katakan


Pa, anakmu ini cemburuan lagi posesif

Dengan tingkat kesintingan yang luar biasa

Aku tahu dia tidak mempermasalahkannya

Tapi aku yang tak kuat menahannya


Sialan kan? Aku, ya aku

Seandainya pikiran-pikiran negatif itu tidak ada

Seandainya aku tidak berpikir untuk mengekang kehidupannya

Seandainya aku ....


Pernikahan adalah penyembuh, kau bilang

Tapi kenapa tidak segera kau nikahkan kami

Itu dia, tentu saja perempuan itu penyembuh

Tapi nanti, ketika sudah menjadi istri


Seorang posesif ya

Mereka bilang, zaman sekarang bebas kali

Budak kali, enggak bisa ke sana ke mari

Ya aku pengekang, puas kalian?


Aku mencoba berpikir di balik penyesalan yang mencekik

Mungkinkah perasaan tidak nyaman ini adalah tanda

Bahwa Tuhan tidak menginginkan kita menjalani cara ini

Dan mereka berkata, "Halah, putus mah putus saja tak usah bawa-bawa Agama"


Aku ingin menjahit

Mulut kalian


Aku bilang, sudahlah percuma aku mencinta

Jika yang baik saja aku tinggalkan

Percuma nikah, tidak bisa

Kalian menyuruh menyebut

Kurang iman

Ya, memang


Dan aku merasa, ingin keluar dari segala

Mengisolasi diri, menyendiri

Keluar dari pekerjaan, rutinitas

Dan yang kuinginkan hanya tidur entah sampai kapan


Apa? Kalian mau bilang apa?


Kenapa?

Kau bahkan tak menghampiriku ketika aku ingin berangkat

Chat bodoh itu, tak bisa menyentuhku

Mengumpat pun tetap membuatmu bingung


Kenapa?

Dunia ini begitu dingin

Hanya untuk sebuah pelukan

Juga tempatku menangis puas


Semoga bahagia

Sialan, apanya yang bahagia?


Maaf, tidak ada puisi mesra untuk waktu yang lama

Dariku dan segala masalahku

Yang tidak sebesar masalah kalian

Semoga kalian tidak sepertiku


Achmad Aditya Avery

(Tangerang, 28 Januari 2019)

Aku Kenapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang