Kuakhiri
Kehidupan yang seharusnya aku syukuri
Katamu, kata mereka
Tentang kehidupanku yang seharusnya jauh lebih beruntung
Tentang apa yang kupunya, juga keberadaanmu
Aku tidak mengerti
Sebanyak apa pun mereka menasihati
Sebanyak apa pun jalan terbuka lebar
Kepalaku tetap tidak mengizinkanku untuk bergerak
Aku tidak mengerti
Tentang sedihmu, mungkin
Tentang kekesalanmu, tentang perihmu, mungkin
Atas aku yang mengambil jalan seenaknya
Entah apa yang membawa kamu padaku
Entah apa yang diharapkannya dariku
Aku bukanlah aku yang kamu kenal dulu
Sewaktu yang kubagi masih lebih banyak kebaikan, mungkin
Ataukah dari dulu aku memang sesialan ini
Kata-kata yang kutulis sekeras batu
Tapi kita tahu sekeras-kerasnya batu akan retak bila tertimpa hujan
Aku akan berubah, kelak. Bagaimana denganmu?
Apa perasaanmu kepadaku sama seperti batu yang tertimpa hujan nantinya?
Retak, jika kamu terus menerus ditimpa pilihan yang lebih baik
Dari aku
Jawab aku, Sialan
Karena hidup ini tidak memberi petunjuk
Mereka hanya memberi bayangan juga kemungkinan
Itulah kenapa aku ingin hidup dengan damai
Puisi, aku tidak melihat suatu indah di sana
Namun, aku selalu suka tempat di mana sajak dikumandangkan
Aku bisa mengerti tanpa perlu bertanya, perasaan
Pun jika bahasa telalu berat, aku tinggal mengira
Tanpa perlu memberitahukannya
Hanya mengira
Kehidupan ini penuh dengan perkiraan
Kapan gaji dibayar?
Kapan aku bisa menerbitkan buku lagi?
Apakah akan laku?
Kapan aku bisa sembuh?
Berapa banyak barang lagi yang aku hancurkan?
Berapa kali lagi aku menyakiti diriku sendiri?
Apakah aku akan mati dengan tanganku sendiri?
Apa aku akan baik-baik saja?
Maksudku ya, apa aku akan baik-baik saja?
Dunia dan kehidupan ini
Aku pernah ingin mengakhiri
Semuanya, agar perasaan ini tidak muncul lagi
Punah bersama tanah, juga kaki yang melangkah pergi
Hati, tak perlu repot menyantuni hati
Sebaik apa pun kamu, kepalaku tetap melihat neraka
Sesuatu yang menyebalkan, negatif, dan memuakkan
Untuk itu, aku menyegel diriku dalam kegelapan
Kumpulan puisi ini kuakhiri
Dengan segala semangat yang masih tersisa
Dengan segala harap yang hampir punah
Di dalamnya kukubur amarah juga lelah
Kumpulan puisi ini kuakhiri
Penghormatan terakhirku pada laptop yang telah kuhancurkan
Dia adalah saksi, penonton setia dari aku dan segala
Dan terima kasih pada hati dan diri
Yang tidak memutuskan mati sampai hari ini
Mari akhiri ini dengan damai di jam sepuluh pagi
Bukan untuk berhenti
Sebaliknya, aku berharap mendapatkan hidupku kembali
Bersama puisi
Selanjutnya, nanti
Kumpulan puisi ini kuakhiri
Maaf jika aku terlewat bangsat untuk menulis semua ini
Hidup sudah mendidikku menjadi buas
Pengikut setia emosi
Dan semua terekam di sini
Terima kasih
Atas waktu dan keberanianmu
Membaca puisi-puisiku ini
Mari hidup dan menulis kembali
Sampai jumpa lagi
Achmad Aditya Avery
(Tangerang, 16 September 2019)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kenapa?
PoesiaAku kenapa? Bagaimana aku menjawabnya, jika aku sendiri tidak tahu kenapa. - Aku Note: * #3 dalam Puisi (25 November 2018) * #3 dalam kumpulanpuisi (16 Juni 2019) * Cover by Naurah S (2018) * Cover by Lyn (2019)