Dua Waktu
Satu waktu, aku berdansa bersama angin
Menerima setiap euforia lalu tertawa
Tersenyum kepadanya, kepadanya
Di saat itulah, aku tak peduli pada dunia
Seolah berada di panggung, mereka melihatku
Menjadi sorotan, memainkan gitar tanpa wujud
Bernyanyi tanpa peduli telinga yang muak mendengarnya
Aku seolah pusat alam semesta
Aku bisa mengetik, mendengar musik, berimajinasi
Tak kenal waktu, seperti saat ini
Mungkin sampai pagi nanti
Aku akan tetap terjaga, tak peduli
Satu waktu, aku rasakan hujan badai di kepala
Mengubah semua dunia menjadi abu-abu
Mendadak pandangan mata kosong
Tak ingin melakukan apa pun
Aku menjadi seorang paling buas
Memandang manusia adalah samsak yang layak dipukul
Lalu mengalihkannya pada benda sekitar
Amarahku seharga jutaan rupiah
Aku melawan pikiran setiap harinya
Sampai di waktu tertentu, ingin rasanya kubentur kepala
Kepada benda apa pun yang ada di depannya
Bahkan untuk truk besar di jalan raya
Aku menjadi tukang tidur yang berbahaya
Sedikit makan selama sehari sampai dua
Melakukan apa yang kusuka, menulis juga menggambar
Pun enggan
Dua waktu yang terjadi tak menentu
Berubah-ubah, membuat lelah jiwaku
Achmad Aditya Avery
(Tangerang, 11 Mei 2019)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kenapa?
PuisiAku kenapa? Bagaimana aku menjawabnya, jika aku sendiri tidak tahu kenapa. - Aku Note: * #3 dalam Puisi (25 November 2018) * #3 dalam kumpulanpuisi (16 Juni 2019) * Cover by Naurah S (2018) * Cover by Lyn (2019)