Part 29

1K 37 0
                                    

    Aku merahasiakan ini semua bukannya tidak percaya pada kalian tapi karena aku tidak mau kalian merasa kasihan dan pada akhirnya kalian pergi meninggalkan ku dengan kondisi ku yang seperti ini.

¤¤¤¤

    Qailla dan Raffa datang untuk melihat keadaan Ken. Mereka sudah sampai di rumah sakit di mana Ken dirawat. Salsa dan Rendi sudah pulang lima menitan yang lalu sebelum Qailla dan Raffa sampqi di sana. karena melihat kondisi Salsa yang melemah, pucat karena terlalu lama menangis Hendra menyuruh Salsa untuk istirahat–pulang.

Mereka hanya melihat Ken dari jendela kaca ruangan. Mereka menatap Ken dengan perasaan yang sedih. karena Terdapat banyak infusan ataupun selang yang menusuk di tubuh Ken.

"Fika kamu gak papa?, muka kamu pucet banget itu?" tanya Hendra yang melihat wajah Fika yang sangat pucat.

Fika hanya menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyan sang suami.

"Om, tante Fika lebih baik di suruh istirahat aja dulu om kasian itu mukanya udah pucet banget. Biar kami yang jagain Ken di sini." ucap Qailla sopan.

"iyaudah nak om sama tante mau pulang sebentar, om titip jagain Ken ya. Ayo Fik kita pulang dulu." Hendra dan Fika pun beranjak pulang untuk beristirahat, Qailla hanya tersenyum kecil.

Qailla dan Raffa sedang duduk di kursi tunggu depan ruangan Ken. Mereka hanya diam tidak tau mau membicarakan apa.

"hmm La, gue mau ke kantin beli munuman bentar ya. Lu mau nitip apa?" ucap Raffa memecah keheningan.

"gue nitip minuman aja Raff"

"oke." Raffa pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli minuman dan meninggalkan Qailla sendirian di sana.

Qailla sedang berjalan-jalan kecil melihat lihat sederetan ruang ICU di sana. Tanpa sengaja ia melihat tante Sofia masuk ke dalam ruangan di sebelah Ken di rawat. Dengan rasa penasaran Qailla mengikuti dan masuk ke dalam ruangan yang dimana tadi tante Sofia masuk.

Dengan perasaan syok, Qailla melihat orang yang terbaring lemas tak sadarkan diri di sana adah sahabatnya sendiri yaitu Vani.

"Vani" panggil Qailla pelan, dan tak terasa air matanya mengalir begitu saja. Tanpa menunggu persetujuan dari tante Sofia yang kaget melihat Qailla masuk ke dalam ruangan Vani tanpa ia ketahui, ia langsung memeluk tubuh Vani dan menangis sejadi-jadinya.

"Vani... Lo sakit apa?, kenapa lo gak pernah cerita ke gue sih. Hiks..."

"Vani terkena penyakit Kangker otak stadium Akhir, Qailla." ucap tante Sofia sendu.

Qailla syok untuk yang kedua kalinya,  kenapa sahabatnya ini tidak pernah cerita tentang penyakitnya itu kepada Qailla.

"Vani tidak mau menceritakan tentang penyakitnya itu kepada siapa pun. Karena ia tidak mau orang-orang merasa kasian melihat kondisiinya, dan menjauhinya" Sambung tante Sofia seperti tau apa yang ada di dalam pikiran Qailla.

Qailla hanya menangis memeluk sahabatnya itu. "apakah Vani akan sembuh tante?" tanya Qailla

"tante tidak tau Qailla, kata dokter di perkirakan umur Vani sudah tak lama lagi. Tapi tante mohon doanya semoga  Vani bisa terselamatkan."

"pasti tante, Qailla akan berdoa semoga Vani bisa sembuh" ucap Qailla tersenyum kecil.

"Dan tante mohon sama kamu jangan kasih tau ke siapa-siapa tentang kondisi penyakit Vani ya La." Qailla mrngangguk mengiyakan.

"tante tau tentang pacarnya Vani?" tanya Qailla yang sambil mengusap air matanya.

"hmm Ken ya namanya klau gk salah. Emang kenapa La?" ucap Sofia sambil duduk di sofa samping kasur Vani.

"iya, tan Ken namanya. Dia masuk rumah sakit juga, koma karena kecelakaan kemarin."

"yaampun, terus sekarang dia masuk rumah sakit mana?" kaget Sofia

"Dia masuk rumah sakit di sini juga tan dan kamarnya itu di sebelah. Qailla ya ada di sini itu jagain Ken." jelas Qailla.

"Apa!, Ken masuk rumah sakit?"

Qailla maupun Sofia kaget dan menoleh ke asal suara. Ternyata itu Vani, ia mendengar pembicaraan antara mamanya dan Qailla yang sedang membicarakan Ken. Karena yang terlalu serius bergosip mereka sampai tidak menyadari bahwa Vani telah sadar dan mendengar pembicaraan mereka.

"eh,, Vani. Kamu udah sadar nak" ucap Sofia gugup

"Mah aku mau ketemu sama Ken"

"jangan sekarang sayang kondisi kamu masih lemah"

"Tapi mah, Ak–"

"maaf Tante, Qailla izin permisi mau pulang. Cepet sembuh ya Van. Assalamualaikum" ucap Qailla yang tiba-tiba berpamitan pergi.

"besok aja ya sayang kalau kondisi kamu membaik sedikit" Vani hanya menganggukan kepalanya seraya mengelakan nafasnya pasrah.

Qailla yang baru keluar dari ruangan Vani di kejutkan oleh kemunculan Raffa yang tiba-tiba menepuk bahunya dari belakang.

"Asataga, yaampun Raf lo ngagetin gua aja sih"

"darimana aja sih lo gua cariin juga. Lo ngapain di kamar itu?"

"gue cuma keliling-keliling aja cari udara segar sekalian kepo liat-liat ruangan kosong" ucap Qailla berbohong dengan gaya meyakinkan.

Raffa hanya ber oh ria menanggapi ucapan dari Qailla, "nih minuman lo" sambil memberikan sebotol minuman pesanan Qailla tadi.

Qailla mengambilnya seraya tersenyum kecil sambil berucap, "thanks Raff" lalu pergi begitu saja meninggalkan Raffa yang masih berdiri di sana.

***
Tbc

JANGAN BOSEN BOSEN YA NUNGGU CERITA KU UPDATE😊

DAN YA SETELAH BACA MOHON KLIK BINTANGNYA YA. TERIMAKASIH😉

HAPPY READING🤗

Kevan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang