Chapter 5

2K 256 35
                                    

Tujuh tahun semenjak kelulusan Oosaki Isyihara dari akademi militer, ia ditugaskan di belahan dunia lain yang jauh dari keluarga. Oleh karena itu, kepulangan seperti inilah yang paling dinanti. Isyihara membuang kaleng bekas minuman isotonik miliknya ke bak sampah sembari melihat arloji. Lagi-lagi ia menghela napas pelan, kota kelahirannya sudah cukup berubah. Tahun lalu tanah kosong di samping rumahnya masih ditumbuhi rumput liar, namun sekarang telah berdiri bangunan yang cukup megah. Baiklah ini tidak buruk, Isyihara tersenyum tipis kemudian membuka pagar rumah. Alisnya sedikit terangkat ketika melihat motor ninja merah terparkir di pekarangan, sudah jelas bukan milik Ayahnya. Yuki dan Haruna apalagi, mereka berdua perempuan.

Tidak mau ambil pusing, Isyihara berlalu masuk ke dalam. Pertama kali yang ia lihat adalah keberadaan Haruna yang tengah menonton televisi, sedangkan Ibunya Liliana ikut duduk di sebelahnya mengepang rambut si bungsu itu. "Apa orang-orang di rumah ini tidak ada yang mau memelukku?"

Liliana menoleh cepat, padahal ia tidak mendengar suara seseorang mengetuk ataupun membuka pintu. "Hara..."

"KAK HARA!!" suara melengking adiknya terdengar, Isyihara hanya bisa menggelengkan kepala ketika Haruna menerjangnya dengan sebuah pelukan erat. "Aku sangat merindukanmu."

"Baiklah, kakak juga sangat merindukanmu. Tapi sekarang biarkan kakak memeluk Ibu."

Putra sulungnya telah sedewasa ini, Liliana tersenyum hangat lalu merentangkan tangannya menyambut pelukan Isyihara. "Kenapa tidak mengatakan apapun jika kau pulang?"

"Kejutan."

Melihat hal itu, Haruna merasa kurang puas. Ia bergelayut manja di lengan Isyihara. "Aku suka melihatmu mengenakan seragam tentara, sangat gagah dan tampan."

"Kau tidak berubah Una, tetap cerewet seperti biasa." Isyihara mengatakan sembari mencubit kedua pipi Haruna.

"Uuh, lepaskan!"

"Omong-omong Ibu, di mana Ayah dan Yuki?"

"Ayahmu masih bekerja, dia akan pulang sedikit larut nanti."

"Yuki?"

"Dia ada di kamar, sedang mengerjakan tugas bersama temannya."

Itu berarti motor ninja yang terparkir di depan milik teman Yuki. "Laki-laki?"

"Laki-laki dan perempuan, mereka datang ke sini sejak sore kak."

"Hara, lebih baik kau segera meletakkan tasmu itu lalu mandi. Ibu akan menyiapkan makan malam untuk kalian."

"Aku hanya ingin melihat Yuki." Tidak menghiraukan Liliana, Isyihara langsung meletakkan tas besarnya di lantai kemudian melenggang santai ke lantai atas. Ia mendengar Ibunya mengomel, namun hanya sebuah kekehan geli yang Isyihara tunjukkan. "Sebentar saja."

"Dia bahkan masih mengenakan seragamnya Bu." Haruna mendengus sambil lalu mematikan televisi.

"Biarkan saja sayang, sekarang bantu Ibu menyiapkan makan malam kita."

Dibandingkan Yuki, Haruna memang sangat dekat dengan Liliana. Mereka selalu kompak, Isyihara sampai hafal betul jika tiba-tiba Yuki menghubunginya untuk sekedar menceritakan kekesalannya pada Haruna dan sang Ibu. Tidak jarang ia malah ikut mengomentari, membetulkan perlakuan Haruna dan Liliana yang sering menuntut sikap cuek Yuki. Diam-diam Isyihara tersenyum jahil, tabiat Yuki seperti itu sebenarnya berasal darinya yang sangat menginginkan adik laki-laki. Toh terlanjur terjadi, kodrat Oosaki Yuki adalah perempuan. Rupanya banyak sekali cerita di masa lalu, perannya sebagai kakak sejauh ini selalu menjadi panutan adik-adiknya.

"Yuki." Sebelum mengetuk, pintu kamar Yuki ternyata telah sedikit terbuka hingga menyisakan celah. Isyihara menemukan adiknya tengah duduk di lantai bersama laki-laki, lalu pandangannya bergulir ke atas ranjang. Seorang perempuan terbaring di sana sembari memainkan games di ponsel, dia terlihat fokus sekali. "Apa cara mengerjakan tugas anak jaman sekarang memang seperti ini?"

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang