Butuh keberanian besar bagi Yuki untuk bisa bertatap muka dengan Oliver, ia malu juga marah atas tindakan laki-laki itu yang dengan seenaknya mencium. Lebih gilanya, Yunav malah menyebar luaskan gosip panas mereka berdua ke seisi kelas. Alhasil, berita menyebalkan itu menyebar dan menjadi bahasan seantero sekolah.
Brak!
Semua terkejut bukan main mendengar gebrakan keras yang diakibatkan kedua telapak tangan Stefan, betapa murkanya ia mendengar para perempuan berbicara mengenai Yuki dan Oliver. "Berisik!"
Dia sebenarnya bodoh atau apa? Yuki yang mencuri pandang hanya bisa menahan napas. Stefan terlalu terang-terangan, bersikap layaknya seorang kekasih yang tengah dibakar api cemburu. Beruntung Yunav tidak ada, Yuki akhirnya bisa bernapas lega. Tidak! Ini bukan apa-apa! Seperti mendapati sentuhan penuh kejut, darah Yuki berdesir keras merasakan pegangan tangan Stefan yang secara tiba-tiba. Anak-anak lain melihat, lalu tanda bahaya kian berdengung di kepala Yuki saat Stefan menarik tubuhnya pergi dari kelas. Sepanjang koridor terus mencoba melepaskan, nyatanya tindakan Yuki sia-sia. Tangan Stefan begitu kuat, buku-buku jarinya terasa agak berkeringat sekarang.
Gila, Stefan seperti mengajak bunuh diri.
"Stef, semua orang melihat."
"Apa peduliku?" Dari mulai seminggu lalu semua membicarakan, Stefan sudah muak.
Usahanya untuk melepaskan diri sama sekali tidak berhasil, Yuki ditarik menuju ruang penyimpanan alat olahraga tanpa memberi jeda untuk berhenti. Disertai napas putus-putus, si perempuan memandang Stefan tidak mengerti. Yuki baru akan bersuara, namun dorongan tubuhnya ke dinding disusul sapuan lembut di bibirnya terasa amat sangat mengganggu. Sial! Ia tergoda lagi. Yuki coba mengelak, sayangnya bibir Stefan enggan melepaskan. Mereka saling mencecap, dengan tubuh sedekat ini Yuki tidak berdaya. Dada Stefan terlalu menekan payudaranya, maka meledaklah sensasi menggila itu. Yuki terpaku, merasakan lidah hangat yang memaksa masuk untuk mengajaknya bertukar saliva.
Tidak ada batasan, persetan pada dunia.
"Mmh, lepaskahnnh." Stefan tipikal laki-laki dengan segala kuasanya, Yuki menjadi sangat lemah. "Berhenti Stef!"
Cukup sekali teriakan, Stefan langsung mendapati kesadaran diri. Matanya masih berkabut, ia melihat bagaimana Yuki mulai memberi jarak. "Yuki..."
"Ku bilang berhenti!" Tidak bisa diterima.
"Baiklah." Stefan tersenyum miris pada akhirnya. "Ku pikir aku sungguh bodoh karena menuruti keinginanmu, seharusnya aku memutuskan Nav sejak lama dan tidak menjadikan hubungan kita serumit ini."
"Jangan gila."
"Lalu apa mau mu jika seperti ini?" Hawa yang panas semakin membara karena kemarahan Stefan. "Aku tidak bisa terus-menerus berada di hubungan seperti ini!"
"Tapi Yunav mencintaimu."
Tadinya, Stefan berpikir semua akan membaik. Tapi diluar dugaan, skandalnya dengan Oliver kian berhembus keras. Stefan tidak bisa menahan diri jika menyangkut tentang Yuki, dan ini menjadi titik buruk hubungan mereka. "Tahu dari mana dia mencintaiku?"
"Kalian sepasang kekasih, sudah sewajarnya saling mencintai."
Lucu sekali, Stefan tersenyum aneh memandangi wajah muram Yuki. "Ya. Kita memang sepasang kekasih, dan bukankah kita juga sewajarnya saling mencintai?"
Mendung sesaat, seluruhnya membadai diakibatkan ucapan Stefan. "Tidak! Aku seperti ini karena ulahmu yang terus menggodaku Stef!"
"Menggoda?" Kata demikian lebih cocok untuknya. "Justru kau yang telah menggodaku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Reset
FanfictionApa arti sebuah cinta? Oosaki Yuki tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini dirinya jadi mudah sekali terpedaya pada seorang Geraldi Stefano, kekasih teman dekatnya. Masalah kian rumit ketika Yuki sendiri tidak bisa menahan hatinya, hingga ia akhirnya...