Chapter 13

1.2K 202 24
                                    

Haruna mendengus malas untuk kesekian kali, itu karena kakaknya tidak kunjung membuka pintu. Baru beberapa menit setelahnya dia keluar dengan mengenakan dress cantik berwarna biru. "Sebenarnya kau sedang apa di dalam, kenapa lama sekali?"

"Mandi kembang."

"Cepatlah, kekasihmu menunggu di bawah."

Mendengar itu, Yuki jadi mendengus jengah. Ini masih kurang setengah jam, padahal perjanjian awalnya Stefan mengatakan akan menjemput pukul delapan. Menduga-duga, mungkin saat ini Stefan tengah berbincang bersama Kane dan Liliana. Tidak mau terlalu ambil pusing, ia memutuskan segera bergegas menuju lantai bawah. Seharusnya memang seperti ini, Stefan dituntut untuk berani bertatap muka dengan kedua orangtua Yuki. Jika pada Liliana dia sudah sering bertemu, lain lagi pada Kane. Ayah Yuki memang jarang sekali di rumah, dia selalu sibuk bekerja. Tabiatnya sejak muda, Oosaki Kane malah akan kebingungan memanfaatkan jatah libur. Beruntung Liliana menyarankan melakukan ini itu, sekali dalam satu bulan mereka harus memiliki waktu khusus.

"Jadi, sudah berapa lama kalian saling mengenal?"

Yuki mendengarkan dengan seksama. "Hampir dua tahun Paman, kebetulan kami satu sekolah."

"Jadi begitu." Sebuah tamparan telak, suara barusan benar-benar sangat familiar. Yuki tidak mengira, dari potongan rambut saja sudah bisa dikenali. "Yuki."

Sekali menahan napas, Yuki rasanya ingin kembali masuk ke dalam kamar lantaran Kane menyebut namanya.

Liliana ikutan menoleh, tidak terkecuali Oliver sekaligus.

Matilah ia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matilah ia.

Yuki tidak habis pikir, sepertinya kepala Haruna telah terbentur sesuatu lantaran tidak bisa membedakan Stefan ataupun Oliver. Mereka jelas-jelas dua orang yang berbeda. "Kemarilah, temanmu ini sudah lama menunggu."

Bahaya.

Jika Stefan muncul, maka semuanya berdampak buruk. "Hai, Yuki."

Lalu, si perempuan merasa telah salah jalan. Oliver? Untuk apa dia ke sini? Yuki hanya bisa tersenyum tipis kemudian duduk di sebelah laki-laki itu. Dan seolah mengerti, baik Kane maupun Liliana langsung angkat kaki. "Ada perlu apa?"

"Kau lupa?" Oliver malah mengeluarkan beberapa buku dari tas ransel miliknya. Selain itu, Yuki mulai menilai wajah Oliver yang kali ini menggunakan kaca mata. "Kita memiliki tugas kelompok."

Mungkin ia bisa menjadi amnesia mendadak, Yuki sungguh tidak yakin dengan ingatannya. "Tapi, setahuku Bu Selly baru memberikan tugas itu dua hari lalu."

"Jadi maksudmu, kau mau kita menunda-nunda waktu untuk mengerjakan?"

Bukan itu! Yuki diam-diam mengumpati sesuatu. "Aku..."

"Ini hari libur, kita memiliki banyak waktu."

Sudah terlanjur mengiyakan ajakan Stefan, bagaimana pun caranya Yuki harus bisa terlepas dari Oliver. "Bisakah lain waktu saja? Hari ini aku benar-benar tidak bisa."

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang