Menyelesaikan segala sesuatu dengan tindakan gegabah atau tanpa otak malah akan membawa petaka, Stefan menelaah betul-betul bagaimana caranya memberi pelajaran pada Oliver. Setelah ini, mereka tidak akan bisa berteman akrab lagi. Hanya karena perempuan, seluruhnya hancur. Melihat ke sisi kiri, karamel Stefan menemukan Yuki yang tengah tersenyum sendiri. Dia mabuk, sedikit saja meminum segelas kecil alkohol maka berakhir seperti ini. Hatinya gundah dan menjadi tidak karuan saat bibir lembut Oliver berani mencecap bibirnya. Dengan bersusah payah Stefan menculik Yuki pergi sebelum kekacauan lebih besar akan terjadi, masa bodoh pada Yunav maupun Oliver.
"Yuki, kau mendengarku?" Masih tidak ada perubahan, kondisi Yuki lemas dan ia terus menerus meracau tidak jelas. Jika sampai Isyihara tahu, Yuki mungkin habis di tangan kakaknya itu. "Yuki..."
"Kau sangat tampan."
"Ya, aku tahu." Kesekian kali Stefan mengumpat, di tengah jalan tadi Yuki sempat memuntahkan isi perutnya yang untung saja tidak sampai mengenai pakaian. Begitu tiba di apartemen Stefan, Yuki semakin tidak terkendali. "Yuki."
"Stef, kepalaku sakit sekali."
"Kalau begitu tidurlah."
"Temani aku." Stefan awalnya tidak terlalu menghiraukan, namun tangan Yuki dengam begitu cepat meraihnya. Tak ayal membuat tubuh besar Stefan hampir saja mengenai tubuh lebih kecil di bawahnya jika ia tidak cepat-cepat bertindak. Dalam beberapa detik mereka saling tatap, namun hanya Stefan sadar sepenuhnya. "Aku bilang temani aku tidur, bukan seperti ini. Kau berat Stef!"
Sifatnya sungguh bertolak belakang, Yuki lebih galak dibandingkan ketika dia waras. "Aku mau menemani lebih dari sekedar tidur jika kau mau?"
"Ya."
"Benarkah?"
"Tentu saja, jika kau berani mencium pantat Isyihara untukku."
Melihat bagaimana cara Yuki bersikap, mana mungkin ia bisa murka atas insiden ciuman panasnya di party Oscar tadi. Yang layak disalahkan hanya Oliver, Stefan bersumpah akan memberinya perhitungan. "Aku lebih senang mencium bahkan menggigit pantatmu, sayang."
"HEEEI!!" Teriakan diiringi tawa keras terdengar ketika Stefan membalikkan tubuh Yuki lalu menggigit pantat sekalnya main-main. "Kepalaku semakin pusing Stef, aku mau tidur!"
"Baiklah." Sesukanya berbuat. "Tapi sebelum itu, bibirmu harus dibersihkan terlebih dahulu."
Segala rayu yang keluar dari bibir manisnya mengakibatkan letupan aneh, Stefan terbawa. Kesekian kali ada kilatan dari mata Yuki, semakin dahsyat hingga bibirnya berani mencecap. Mereka masih saja mesra, terlebih tindakan tangan Stefan yang menyentuh pantat sekalnya. Masih dengan lidah saling membelit, Yuki mencengkeram erat punggung tegap Stefan untuk meredam desahannya. Ciuman dalam, bibirnya bahkan terlumuri saliva. Stefan tidak pernah ragu, memberikan rasa hangat di lidah Yuki sampai perempuan itu meleleh. Ini kontradiktif, Stefan terus menerus memberi rangsangan tapi Yuki malah diam. Rupanya dia telah memejamkan mata. Mau tidak mau, Stefan akhirnya berhenti.
Baru beranjak dari posisi semula, ia mendapati ponsel Yuki yang dalam mode diam menyala. Di layar benda pipih itu memunculkan beberapa pesan dari Yunav, lalu beberapa saat setelahnya berubah menjadi panggilan masuk. Stefan menguap malas, lebih memilih menekan tombol merah. Selagi Yuki memejamkan mata, napasnya bergerak teratur. Stefan mencium bibirnya sekilas sebelum benar-benar melangkah ke kamar mandi. Ia tahu ini salah, hubungannya dengan Yuki menjadi sesuatu yang tabu. Hatinya berkeras tidak mampu membohongi, Yuki lebih segalanya dibandingkan Yunav. Bagaimana pun kenyataannya, Oosaki Yuki adalah milik Geraldi Stefano.
Hanya sekedar buang air kecil, mencuci wajah dan menggosok gigi. Stefan keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar, pandangannya kembali pada Yuki. "Dia pulas sekali."

KAMU SEDANG MEMBACA
Reset
FanficApa arti sebuah cinta? Oosaki Yuki tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini dirinya jadi mudah sekali terpedaya pada seorang Geraldi Stefano, kekasih teman dekatnya. Masalah kian rumit ketika Yuki sendiri tidak bisa menahan hatinya, hingga ia akhirnya...