18+
Dering ponsel di atas nakas tampaknya menyebabkan kegaduhan di pagi hari, Yuki enggan meraih benda itu. Tapi ketika melihat seseorang di sebelahnya terusik, mau tidak mau Yuki menekan tombol hijau guna menerima panggilan yang masuk. Di layar ponselnya tertera nama Yunav. "Ya, hallo?"
"BAGAIMANA BISA?"
Ini masih sangat pagi untuk berteriak, Yunav benar-benar. "Nav, ada apa? Kenapa kau berisik sekali?"
"BERI TAHU AKU JIKA UNDANGAN PERNIKAHAN YANG KAU KIRIMKAN ADALAH SEBUAH KESALAHAN?!"
Yuki masih belum sadar seratus persen. "Apa maksudmu?"
"Kau masih tidak mengerti?"
"Tidak."
"Astaga!" Yunav sungguh mengganggu. "Aku tidak habis pikir bagaimana bisa kau menikah dengan si brengsek itu? Setengah mati aku sangat membencinya, Yuki! Demi Tuhan, apa kau tidak bisa berselingkuh saja dan mencari laki-laki lain yang lebih baik?!"
Baiklah, Yuki akhirnya bisa menyimpulkan permasalahan ini. "A-aku tidak bisa."
"KENAPA?" Intonasinya kembali meninggi. "Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?"
"Bukan, ku rasa ini bukan sesuatu yang buruk?"
"Apa maksudmu?" Sebelum Yuki menjawab, ponselnya sudah terlebih dulu diraih Stefan. "Jangan-jangan kau...."
"Berhentilah berbicara, Nenek Sihir!" Kejam. "Sekarang biar ku perjelas! Yuki sedang mengandung anakku, dan kami akan menikah minggu depan."
"APA?? HEIII! BAJINGAN KAU! BERIKAN PONSELNYA PADA YUKI!!"
Klik.
Si mulut besar itu, Stefan tanpa hati langsung mematikan ponsel sebelum Yunav berbicara lebih banyak lagi. Dua orang dengan kepribadian bertolak belakang, Yuki terkekeh geli mengingatnya. Lantas, ia berbalik menghadap Stefan untuk mengelus rahang kokoh laki-laki itu. "Selamat pagi."
Seenaknya berlaku.
Sentuhan bahkan rabaan sepertinya bukan menjadi sesuatu yang baru, Yuki sudah terbiasa merasakan bagaimana bibir juga tangan Stefan menyentuh sekujur tubuhnya. Betapa Yuki sempat merutuk berkali-kali, Stefan dengan gilanya tidak memakai pengaman ketika mereka malakukan hingga membuatnya hamil sebelum menikah. Seharusnya tidak begini, dasar Stefan yang terlalu ceroboh. Yuki masih mengingat jelas kemarahan kedua orangtua mereka, seminggu penuh bahkan Ibu Stefan sendiri tidak mau menyapa putranya. Itu karena ada hal yang lebih baik lagi dari pada ini, contohnya seperti menikah muda.
"Sayang." Dengan jarak sedekat ini, satu sama lain bisa merasakan hembusan napas. "Tubuhmu semakin berisi."
Mata Yuki melebar, tapi sebelum ia bisa membalas ucapan Stefan, bibirnya telah terlebih dulu tertawan. Si laki-laki memagutnya, menciumnya seolah akan menelan bulat-bulat. Lantaran tubuh keduanya sudah sejak tadi telanjang, Stefan semakin leluasa memberikan sensasi menggelikan. Pelan-pelan Yuki mulai kembali mengusap rahang Stefan, kemudian beralih menuju tepat di belakang leher dan menariknya agar tubuh mereka kian merapat. Sial! Stefan tidak kuasa. Tubuh seksi Yuki yang selalu ia idam-idamkan sejak dulu begitu nyata dipelukannya. Payudaranya yang penuh juga pinggangnya yang berlekuk, Semuanya sanggup memancing gairah Stefan.
"Aku akan segera gila." Ketegangan seksual begitu kuat, dalam waktu bersamaan Stefan merasakan dadanya didorong Yuki hingga ciuman mereka terlepas. "Ada apa?"
"Aku sulit bernafas."
Tidak dapat diterima, Stefan menganggap gerutuan Yuki layaknya angin lalu dan kembali mencumbu bibir menggoda itu dengan liar, lidahnya bergerak dengan sangat erotis. Semuanya semakin intens saat Yuki merasakan belaian, remasan, cubitan yang dilakukan Stefan pada payudara besarnya. Ini terasa sangat sensitif, sedikit saja disentuh langsung mengakibatkan getaran aneh. Yuki pikir ia akan luluh dan terlena pada penetrasi pertama, merasakan Stefan mulai menekan pinggulnya kuat-kuat, mencoba memberikan rangsangan hingga Yuki benar-benar hilang kendali.
Mesra, sekaligus intim.
"Pelan-pelan."
Bergelung dalam selimut berdua, Stefan memutuskan untuk menyibak seluruhnya. Ini menjadi bulan ke dua anak mereka bertumbuh, dan perut Yuki masih terlihat rata. "Kau sangat seksi."
"Ahh." Hanya ini, siksaan demi siksaan duniawi harus Yuki terima.
Stefan kembali mengerang saat lidahnya meluncur ke dalam mulut Yuki dan merasakan lehernya ditekan ketika organ terintim mereka menyatu lekat. Disertai gerakan pelan sebagai permulaan, Stefan meraih payudara kanan Yuki sedangkan bagian sebelahnya ia hisap dengan rakus.
Sesuatu telah menggila.
"Ohh." Yuki tersentak menyadari Stefan semakin menghujam dirinya sembari tanpa henti menghisap payudara besarnya secara bergantian.
Sedikit lagi.
Ini begitu dekat.
"Yuki."
Stefan mengangkat wajahnya, menemukan ekspresi nikmat Yuki akibat segala sentuhan. Dalam bisikan parau, Stefan mendapati pertanda jika mereka akan segera sampai pada puncaknya. Tidak pernah terbayang hingga separah ini, Yuki mengekang rapat leher Stefan menggunakan kedua tangan ketika cairan cinta mereka saling membasahi organ intim masing-masing.
Menghangat.
Mengetat.
"Ahhh." Ini euforia.
Rasa panas mulai menjalar ke seluruh tubuh, membuat Yuki tidak berdaya, membuat Stefan merasakan perasaan yang sama.
Dengan masih mencoba mengatur napas, Stefan kembali mengecup mesra bibir Yuki sekaligus mengelus perutnya. "Yuki, aku tidak sabar melihatmu menggendut karena mengandung bayi kita."
Dasar.
The End
04 Mei 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Reset
FanfictionApa arti sebuah cinta? Oosaki Yuki tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini dirinya jadi mudah sekali terpedaya pada seorang Geraldi Stefano, kekasih teman dekatnya. Masalah kian rumit ketika Yuki sendiri tidak bisa menahan hatinya, hingga ia akhirnya...