Apa arti sebuah cinta?
Oosaki Yuki tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini dirinya jadi mudah sekali terpedaya pada seorang Geraldi Stefano, kekasih teman dekatnya. Masalah kian rumit ketika Yuki sendiri tidak bisa menahan hatinya, hingga ia akhirnya...
Dipenuhi peluh juga tetesan air hujan yang terus mengguyur seluruh tubuh, Oliver berlarian untuk membuka pintu sebelah kiri mobilnya. Sial sekali, kenapa juga malam ini harus turun hujan? Oliver mengumpat berulang-ulang sembari mengangkat tubuh Yuki yang sejak tadi terduduk lemas di sebelah kursi kemudi. Masa bodoh pada jutaan tetes air itu, Oliver membawa serta Yuki hingga dia sama basah kuyupnya.
Berhasil.
Ia telah berhasil membuat Oosaki Yuki tidak berdaya hanya dengan menyeduh minuman dingin yang telah ia beri campuran obat tidur.
Oliver ingin tertawa sekeras-kerasnya.
Acara kelulusan telah usai, semua orang terlihat lengah karena disibukkan dengan kesenangan masing-masing. Dan Oliver memanfaatkan hal tersebut untuk mengambil sebuah kesempatan, Stefan yang bodoh itu tidak menyadari jika dia akan kehilangan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tidak ada tanda-tanda hujan akan mereda, bahkan sambaran petir juga guntur terus-menerus saling bersahutan. Lantas, Oliver buru-buru memasuki penginapan dan langsung memesan satu bilik kamar di sana. Kemudian setelahnya, yang tersuguhkan adalah tubuh lemas Yuki terbaring di atas ranjang. Tampilan acak-acakan, seluruh pakaian milik perempuan itu bahkan mencetak jelas lekuknya lantaran basah kuyup. Ini buruk, tapi Oliver malas memikirkan konsekuensinya.
Masa bodoh.
Gejolak aneh, perasaan terbakar yang rasanya mampu memancing sesuatu. Napas Yuki mulai teratur, bersamaan ketika Oliver mulai mendekatinya sembari melepaskan kemeja. Ia lagi-lagi tersenyum, benar saja Stefan tergoda. Tubuh Yuki sungguh luar biasa dengan semua asetnya yang sangat perempuan. Perlahan, telunjuk Oliver mulai bergerak menuju wajah. Dari alis ke bibir, semakin turun hingga menyentuh leher, kemudian meraba pelan lengan putihnya. Sayangnya, Yuki sama sekali tidak bereaksi hingga membuat Oliver semakin merasakan desiran menggelitik yang berambat di kulitnya. Ia mungkin akan gila, sungguh.
"Kau sangat cantik."
Tidak tahan hanya begini, Oliver memutuskan untuk melepaskan baju atasan Yuki. Bra maroon yang amat kontras dengan kulit seputih pualam itu, mata Oliver sulit berpaling. Ia lantas membenamkan wajahnya pada leher Yuki, mencium dan menjilati bagian sensitifnya.
Sial! Kenapa bisa senikmat ini?
Coba meraba, rupanya hatinya sulit mengerti. Napas Yuki yang berhembus panas berpadu dengan suhu tubuh dingin sisa-sisa guyuran hujan, Oliver mengendus setiap lekuknya melamban. Ia memang aneh, tidak tahu malu, bermuka dua, semua tentangnya sangat buruk. Tapi semakin ke sini, Oliver sulit menghalau perasaannya lantaran Yuki terlalu lembut dan beraura feminim.
Ayolah, ia laki-laki normal.
Sekali gerakan, tangan Oliver mulai menyentuh payudaranya. Memberi tekanan, memberi sensasi tak terbayangkan. Lengkungannya indah ia remas pelan-pelan, begitu besar dan lembut.