Chapter 6

1.9K 243 34
                                    

18+

Kita semua egois.

Bukan sesuatu yang baik. Usai kegiatan panasnya bersama Stefan beberapa hari lalu, Yuki terus-menerus merutuki diri. Perlu tenaga ekstra untuk membuat laki-laki itu mau berhenti, melepaskan seluruh sentuhannya yang memancing libido sampai naik ke ubun-ubun. Sayang sekali, di tengah-tengah si perempuan malah meminta berhenti. Bukan hari keberuntungan, setidaknya sensasi kelembutan payudara gadis perawan dapat membuat dada Stefan bergejolak. Di usia remaja, hal semacam ini sungguh memicu rasa keingintahuan yang besar, berakhir dengan keinginan untuk mencoba. Stefan tidak mau berlaku naif, hormon tertosteron membentuk massa otot dan ketahanan tingkat energi serta perubahan karakteristik seks sekunder bagi laki-laki puber, tapi Yuki malah memancingnya.

"Ada apa dengan ekspresimu itu?" Isyihara bertanya sembari mengaduk kopi.

Yuki sungguh tidak mengerti, ia baru pulang sekolah dan hanya menemukan keberadaan Isyihara. "Ke mana semua orang?"

"Ayah masih bekerja, lalu Ibu dan Una baru saja pergi berbelanja." Sejujurnya ada yang lebih penting dari pada pembicaraan ini, diam-diam Yuki memperhatikan kakaknya yang tengah menyeruput kopi. Kira-kira bagaimana reaksi Isyihara jika ia mengatakan akan datang ke party Oscar nanti malam? Yuki was-was, tanpa sadar meremas seragam sekolahnya. "Ada apa?"

Sial. "A-apa?"

"Katakan padaku sebenarnya kau memiliki masalah apa? Tingkahmu benar-benar aneh." Tepat sasaran.

"T-tidak ada, aku hanya sedikit lelah dengan seluruh aktivitas hari ini." Bukan Isyihara jika mudah percaya, iris tajamnya tidak berhenti melihat Yuki. "Kakak, berhentilah menatapku!"

"Kau tidak sedang mencoba melakukan sesuatu kan?"

"Tentu saja tidak."

"Aku masih tidak mengizinkanmu menjalin hubungan dengan anak laki-laki, ingat baik-baik ucapanku."

"Kejam sekali, padahal kau sendiri kan laki-laki."

"Justru karena aku laki-laki, aku lebih tahu bagaimana pikiran dan perilaku mereka." Secara tidak langsung, Isyihara mengajaknya membahas hal lebih pribadi. "Kau adik perempuanku, Yuki."

Dasarnya tabiat laki-laki yang tidak pernah berpacaran memang menyebalkan, Isyihara contohnya. Yuki memutar mata bosan, mengiyakan saja apapun yang dikatakan kakaknya itu. "Aku ke kamar dulu."

"Ya."

Yuki rasa suasana hatinya memburuk, ia akhirnya memutuskan masuk ke dalam kamar dan langsung berbaring di atas ranjang tanpa berganti pakaian terlebih dulu. Pikirannya menerawang tanpa batas, mengingat bagaimana tindakannya yang akhir-akhir ini semakin berani. Stefan memancing, dan bodohnya Yuki malah menerima dengan senang hati. Tidak setengah-setengah, mereka bahkan telah melakukan sesuatu yang amat sangat intim meskipun tidak sampai ke titik terparah. Perbuatannya sulit termaafkan, Yuki ingin menangis mengingat semuanya. Terlanjur, memperbaiki kepingan kaca sama saja melakukan sesuatu yang mustahil.

Yuki takut, tetapi larut.

Nafas hangat Stefan serta wangi maskulin tubuhnya, ini seperti sesuatu yang menyihir. Tanpa sadar tindakannya membuat Yuki memajukan tubuhnya, payudaranya menempel dengan dada bidang Stefan. Lamat, tangan laki-laki itu bergerak melepas kancing Yuki dan menurunkan seragamnya sampai terjatuh ke bawah. Dari ujung kanan ke tengah, sangat perlahan hingga jarinya sampai ke belahan payudara. Yuki menahan napas saat Stefan menarik ke bawah sedikit ujung branya, sehingga kulit lembut payudaranya semakin nampak. Tidak sapai di situ, ia merasakan nafas Stefan yang teratur dan hangat, dari bagian leher lalu turun ke payudaranya.

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang