Part 1

87.7K 2.7K 239
                                    

Dua orang perempuan sedang berjalan menuju kantin. Perempuan dengan rambut yang di kuncir kuda menanggapi guyonan temannya dengan senyum tipis. Bisa dilihat di name tag nya jika gadis itu bernama Amara Felicia Alexandria. Dilihat dari wajahnya, terlihat sekali jika pembawaan cewek itu cuek. Sedangkan temannya, dilihat dari wajahnya saja ia sudah menunjukkan wajah ramah. Nama cewek itu adalah Salsabilla Kirana Devi.

"Salsa! Di sini!" sapa Gavin saat kedua cewek itu sampai di dalam kantin.

"Ayo Ra kita kesana," ajak Salsabilla, yang biasa dipanggil dengan Salsa

"Lo kesana aja Sa, gue mau cari meja lain aja." Dahi Amara mengerut, matanya memandang lurus ke meja Gavin. Lebih tepatnya ke salah satu cowok di meja tersebut.

"Kenapa lagi sih, udahlah ayo kesana. Lagian meja juga udah pada penuh." tanpa menunggu persetujuan Amara, Salsa menarik lengan cewek itu.

"Lama banget sih yang," kata Gavin saat Salsa dan Amara sudah duduk di sana.

"Maaf ya yang."

"Temen lo mukanya jutek banget sih Sa. Mending suruh pergi aja sana, gk ngenak ngenakin pemandangan aja," kata salah satu cowok disitu

"Wah si Devan mancing perkara," kata Mario malas

"Ngaca dong. Muka lo juga gak enak banget dipandang. Bikin gue pengen muntah," balas Amara tak kalah tajamnya. Faktanya, wajah Devan jauh dengan apa yang dikatakan Amara. Wajah dengan rahang tegas, alis mata tebal, mata hitam legam dan bibir pink alami itu sungguh bisa menarik perhatian para perempuan.

"Wah ni anak ngeselin. Muka lo tuh yang gk enak dipandang!" kata Devan yang sudah mulai tersulut emosi. Cowok ini memang susah sekali mengendalikan emosinya. Apalagi jika lawan bicaranya adalah Amara.

Amara, dengan wajah cueknya tidak menanggapi ucapan Devan, ia malah memesan makanan. Hal itu membuat Devan semakin emosi.

"Udahlah Dev gausah cari masalah," kata Reyhan

"Eh eh, besok kan libur,kita jalan jalan yuk. Gue bosen kalau dirumah terus." Salsa berusaha membelokkan pembicaraan. Karena jika Devan dibiarkan berlanjut,bisa heboh satu kantin nanti.

"Bener tuh! Kita liburan sama-sama yuk." Gavin yang cepat tanggap pun langsung menimpali perkataan pacarnya. Devan yang awalnya duduk dengan tegak pun menurunkan bahunya. Walaupun matanya masih menatap Amara dengan pandangan tak suka.

"Nonton yuk. Ada film yang baru rilis kan, katanya sih bagus."

"Ayo dah. Lo yang bayarin kan Yo," kata Reyhan dengan senyum usilnya.

"Enak aja. Bayar sendiri sendiri lah ya. Tekor gue bayarin lo lo pada," kata Mario sewot

"Bercanda bro."

"Garing Rey. Lo kalau mau ngelucu belajar dulu dong sama pakarnya," kata Mario ketus

"Emang siapa pakarnya?" tanya Gavin bingung.

"Ya gue lah. Profesor doktor andes Mario Adhiyasta," kata Mario dengan membusungkan dadanya.

"Dih, gelar lo panjang amat. Malu sama kelakuan bro, hahaha." cibir Devan

"Setuju!" kata Reyhan dengan cepat

"Gue juga sangat sangat setuju!"

"Teruus, terusin aja, masih gue liatin," balas Mario dengan sinis.

"Eh ini jadi jalan-jalan kan besok?" tanya Salsa memastikan, karena jika tidak begitu percakapan empat cowok ganteng itu gak akan ada habisnya.

"Jadi lah yang."

Secret Agent Fall In Love (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang