Jam istirahat terdengar sangat merdu di telingaku, dengan gerakan secepat kilat aku memasukkan buku-buku, walaupun guru yang mengajar belum keluar. Masa bodo, yang jelas cacing yang ada di dalam perutku susah berdemo ingin di beri makanan.
Aku hendak berjalan keluar, tapi seseorang memanggilku. Aku menoleh dan menemukan seorang cewek yang duduk di belakangku, aku memperlihatkan senyuman ke arah cewek itu yang entah siapa namanya aku tidak tahu dan masa bodo.
"Kenalin gue Sheila Andilla. Panggil aja Dilla," ujar Dilla sambil tersenyum manis ke arahku. Aku menyambut uluran tangannya. "Gue Shara. Panggil aja Ara,"
"Oh ya. Tadi thanks ya buat pulpennya," ucapku kepada Dilla yang tadi jadi penyelamatku. Dilla menunjukkan senyumnya lalu mengangguk.
"Gue mau ke kantin lo mau ikut?" kataku basa-basi, sebenarnya dari tadi perutku sudah ingin diberi makanan. Tapi apalah daya dedek.
Aku melihat ekspresi Dilla berbinar, dengan cepat Dilla mengangguk. Dan aku dengan Dilla berjalan kekantin.
Sepanjang perjalanan Dilla memberitahuku tempat-tempat, seperti perpustakaan, ruangan komputer, taman, dll.
"Lo pindahan dari SMA mana?" tanya Dilla menoleh singkat ke arahku lalu kembali memperhatikan ke depan.
Aku diam sebentar. "Dari SMA Rajawali," jawabku penuh semangat. Dilla kembali menoleh ke arahku. "Kenapa lo pindah ke SMA ini?" tanya Dilla lagi.
"Itu karena ... orang tua gue," jawabku lirih. Dilla mengerti mendengar nada bicaraku kemudian menormalkan kembali ekspresinya.
____Aku cukup terpesona melihat cogan di SMA ini. Kece banget bang. Yaelah sampai-sampai aku tidak sengaja menabrak dada bidang milik cowok.
Aku mendongak menatap cowok itu. Cowok itu juga sedang menatapku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali bak orang bodoh, tanpa sepengetahuanku sudut bibirku tertarik ke atas. Menampilkan senyum ke arah cowok itu.
Buset amat. Cowok itu main nyelonong aja, senyum enggak, basa-basi dikit aja enggak, bilang sorry nggak, nanyain apalagi, boro-boro deh. Dia udah ilang duluan.
Kampret!
"Ara buruan!" seru Dilla yang tadinya sudah masuk ke dalam kantin, tapi kembali lagi gara-gara aku. Terbaik deh Dilla.
Aku bergegas menyusul Dilla. Duduk di salah satu kursi yang ada di dekat tembok. Karena hanya itu yang tersisa.
"Lo mau pesen apa?" tanyaku sambil memperhatikan stand-stand penjual.
"Gue mie ayam sama es jeruk," kata Dilla.
"Okey." Aku mengacungkan kedua jempolku ke arah Dilla. Aku berjalan menuju penjual mie ayam sama es jeruk. Awal sekolah baik dulu.
15 menit akhirnya datang juga. Bayangkan selama itu menahan lapar, sedih bang.
Aku dengan lahap, sangat lahap memakan mie itu sampai-sampai tidak tersisa sedikitpun kuah atau pun mie-nya. Biasa orang laper.
Saat aku menyeruput es jeruk dengan nikmatnya, tiba-tiba dengan lancangnya ada orang yang membuatku kaget sehingga es yang aku minum menyembur orang yang membuatku kaget tadi.
"Buset Neng! Gue udah mandi nggak usah di siram segala napah. Kan, basah abang," seru cowok itu dengan ekspresi wajah yang sangat menggelikan bagiku.
Aku berpura-pura merasa bersalah. Aslinya sih seneng banget. "Sorry-sorry gue gak sengaja. Lo nya aja sih yang buat gue kaget," kataku dengan nada parau.
Dilla yang melihat mengulun tawa. Aku kesal melihat wajahnya itu. "Gak usah ketawa nggak lucu!" ketusku. Aku memutar bola mata malas.
"Idih siapa juga yang ketawa. Emang lo denger gue ketawa?" sinis Dilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHARA (TAMAT)
Teen FictionFOLLOW AKUN @ayuwidyawatii DULU BARU BACA, TERIMA KASIH :) _________ Labil, cerewet, tukang rusuh, pembuat masalah, adalah karakter salah satu cewek yang hanya ada di SMA Nusa Bangsa, pindahan dari SMA Rajawali karena keinginan orang tuanya supaya d...