Friend

390 31 7
                                    


"ARAAAAA!"

Aku menutup telingaku saat suara melengking masuk ke indra pendengaranku. Aku celingukan menoleh kekanan dan kekiri lalu berjalan mengendap-endap menuju kamar.

"Semoga mama nggak ngeliat," gumamku sambil sesekali melihat kebelakang.

Saat hendak menginjak anak tangga, seseorang menarik telingaku sangat keras sehingga aku meringis kesakitan. "Auu! Sakit Ma!" Mama menarikku ke arah ruang tamu, masih dengan keadaan memegang telinga.

"Duduk!" Perintah mama. Aku menoleh sebentar ke arah mama yang di hadiahi pelototan tajam oleh mama. Perlahan aku mulai duduk.

"Apa?" tanyaku saat sudah duduk dan menatap mama yang berkacak pinggang.

Mama memutar bola matanya jengah. "Berapa kali sih harus Mama bilang Ara, jangan ngelakuin hal yang ngebuat kamu di pindahin lagi. Kamu udah pindah sekolah jangan sampai kamu pindah rumah," tutur mama yang beralih duduk di sampingku.

"Mama mau usir aku dari rumah? Kalo misalnya ntar aku jadi gelandangan gimana? Kalo misalnya aku di culik gimana? Kalo Mama kangen sama aku gimana?" croscosku sebelum mendengar penjelasan mama lebih lanjut.

"Bodo amat Ra, lu mau jadi gelandangan gak ada yang ngurus." Terdengar suara dari arah belakangku. Secara otomatis aku membalikkan badan dan melihat papa yang baru datang dari kantor.

"Kamu diem!" ucap mama sambil melotot ke arah papa. Sedangkan papa malah menjulurkan lidahnya ke arahku.

"Sekali lagi kamu buat yang aneh-aneh di sekolah baru kamu. Jangan harap kamu masih ada di rumah ini. Kamu bakal Mama pindahin ke tempat kakak kamu!" ancam mama, setelah mengucapkan itu mama langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur.

"Huh!" Aku menyenderkan tubuhku di sofa.

"Makanya jadi cewek itu jangan nakal."  Peringat papa tapi laki-laki berumur empat puluhan itu tidak melihatku.

"Ih kok ada suara ya tapi gak ada orangnya, wah kok gue merinding ya. Jangan-jangan, ada ..." kataku tanpa melihat ke arah papa.

"ARA!" teriak papa saat aku melempar papa dengan bantal sofa.

"Wlek!" Aku menjulurkan lidah ke arah papa.

Sekarang aku sudah berada di dalam kamar setelah mendengar ocehan mama yang panjang lebar.

Beeb beeb beeb!

Aku mengambil ponsel di atas nakas ketika ponsel itu berbunyi. Aku melihat pesan yang masuk.

BagasW.
Monyet! Lu beneran pindah sekolah?

Shara
Iya abang :"

BagasW.
Pantes pas gue ke kelas lo, lo nggak ada. Kata temen lo sih lo pindah sekolah makanya gue langsung chat lo.

Shara
Ciee yang nyariin gue :3

BagasW.
Mulai dah ni monyet :b

Ara menaruh kembali ponselnya di atas nakas. Dia menatap ke arah langit-langit kamar. "Tuh kakak kelas ganteng juga ya," pikirku sambil tersenyum mengingat pertengkaran tadi di sekolah.

Tok tok tok!

Seseorang mengetuk pintu kamarku, aku langsung terduduk dan berjalan ke arah pintu. Terlihat seseorang yang baru saja aku chat ada di depan kamarku dengan senyum yang membuatku ingin memukul wajah tampannya itu.

"LO NGAPAIN KE SINI?" ucapku dengan nyaring. Refleks orang di hadapanku menutup telinganya. "Ara lo bisa jangan teriak-teriak gak! Gendang telinga gue mau pecah nih!" ketus cowok itu setelah menjauhkan tangannya dari telinga.

SHARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang