Mulai suka?

270 20 3
                                    

Shinki Pov

Seperti biasa aku pergi ke sekolah menggunakan motor sports pemberian papa di hari ulang tahunku.

Setelah lima belas menit di perjalanan aku sampai di depan sekolah lalu aku memarkirkan motorku ke parkiran khusus siswa. Disana sudah terlihat banyak motor yang terpakir. Mungkin karena sekarang sudah menunjukkan pukul 7.10 dan lima menit lagi bel masuk kelas akan berbunyi.

Aku berjalan di koridor sekolah dengan earphone yang menempel di telingaku. Sesekali aku tersenyum saat ada yang menyapaku.

Mungkin sudah terbiasa kerena setiap pagi pasti di bawah mejaku banyak terdapat cokelat ataupun surat, entah itu dari adik kelas atau seangkatan dan tak jarang pula Tedi tak pernah absen mengambil setiap cokelat itu.

"Thanks ya bro, cokelat rutinnya," ucap Tedi memakan cokelat yang ada di tangannya, cowok itu tau jika aku tidak terlalu menyukai cokelat. Dari pada dibuang mending dikasi Tedi.

Aku mengumpulkan surat-surat yang berserakan di bawah meja lalu aku masukkan ke dalam tas.

"Ki lo udah buat PR Fisika? Contek dong." Itulah kebiasaan Tedi, pasti nyontek. Bukannya mencoba mengerjakan sendiri tapi cowok itu pernah berkata, "ngapain susah-susah, kan udah ada lo yang pinter." Antara aku harus bersyukur atau sedih mendapatkan teman seperti ini.

Walaupun seperti itu aku tetap memberikkannya contekan.

"Emang beruntung hidup gue, setiap pagi dapet cokelat terus selalu ada yang ngasi gue contekan," katanya lalu mengambil buku latihan Fisika yang ada di mejaku.

Ting tong ting tong!

Terdengar suara bel masuk kelas berkumandang di seluruh penjuru sekolah, aku mengeluarkan buku pelajaran hari ini.

Sudah setengah jam belum ada guru yang mengajar aku berjalan keluar kelas karena merasa gerah berada di dalam kelas, aku berjalan keluar kelas berniat mencari udara segar sebelum nanti gurunya masuk kelas. Saat berjalan melewati lapangan basket terlihat dua orang murid tengah berlari karena mendapat hukuman.

Pasti telat!

Aku berjalan mendekat agar bisa melihat dengan jelas siapa yang tengah berlari disana terlihat seorang cewek yang pernah melemparku dengan sepatu berlari dengan ngos-ngosan. Cewek itu tengah mengatur napasnya karena lelah.

Aku sekilas menarik sudut bibirku melihat cewek itu. Walaupun nyebelin tapi hanya dia cewek yang berani melawanku.

Sekarang dua murid  itu sedang mendengarkan ceramah singkat dari guru yang sekarang mendapatkan piket.

Cewek itu berjalan ke arahku dengan wajah yang ditekuk. Mungkin dia tidak menyadari keberadaanku karena cewek itu berjalan melewatiku.

"Cewek gila," panggilku. Seketika langkah cewek itu terhenti kemudian dengan tidak berniat cewek itu membalikkan badannya dan melotot saat melihatku.

"Apa!" sarkas cewek itu. Entah, mengapa tapi aku menyukai jika cewek itu bersifat kasar kapadaku.

"Jadi cewek kok suka telat!" Entah mengapa tapi kalimat itulah yamg keluar dari mulutku.

Cewek itu menggeram kesal saat mendengar perkataanku, dia menghentakkan kakinya, tangannya dia angkat seperti ingin mencakar wajahku.

"Jadi cowok kok mulutnya lambe," dia membalas ucapanku tak kalah pedasnya.

Aku berjalan mendekat lalu aku membisikan sesuatu di telinga cewek itu. "Gapapa yang penting gue suka." Setelah mengatakan itu aku berjalan menjauh terlihat jelas wajah cengo dari cewek itu, hal itu membuatku tertawa sampai-sampai aku memegang perutku yang terasa sakit.

"Persetan lo kakak kelas!" Seru Shara akibat perkataanku tadi. Cewek itu mengambil ancang-ancang untuk mengejarku, tapi dengan cepat aku berlari menjauh dari amukan singa betina yang tengah marah.

"Stop lo kakak kelas songong!" teriaknya sangat keras, mungkin suaranya sampai ke beberapa kelas yang dekat dengan lapangan.

Aku lupa jika sekarang masih jam pelajaran bisa-bisa guru piket memergoki kami berdua dan menghukum aku juga cewek yang ada jauh di belakangku. Aku berhenti berlari membuat cewek itu secara otomatis berhenti juga.

"Mending lo masuk kelas, daripada gue hukum karena ngajak gue main kejar-kejaran pas jam pelajaran," ujarku membuatnya marah.

Cewek itu mengangkan sebelah alisnya. "Yang ada lo yang ngajak gue!" teriaknya. "Gak bisa gitu juga dong, lo kan juga ikutan!" tambahnya masih dengan suara yang keras.

"Gue ketua osis, jadi gue gak bisa di hikum!" Sukses perkataanku membuat cewek itu terlihat sangat-sangat marah.

Cewek itu berjalan melewatiku, tidak lupa senggolan di lengan kananku.

"Dasar cewek gila," gumamku.

Pugh!

"Auuuu!" pekikku saat sesuatu mengenai kepalaku. Aku membalikkan badanku melihat cewek itu menjulurkan lidahnya.

"Awas lo ya!" Aku mengambil sepatunya lalu aku pergi meningalkan cewek itu yang tengah berteriak karena sepatunya aku bawa. Siapa suruh main nimpuk segala, kena sendiri kan akibatnya.

"Kalo lo mau sepatu lo balik cari gue!"

"Arghh!" Cewek itu kembali mengejarku, namun aku dengan cepat mengangkat sepatu itu ke atas sehingga cewek itu harus melompat-lompat untuk mengambil sepatu miliknya. Akibat tubuhnya yang tinggi mengakibatkan cewek dengan tubuh mungil itu kesusahan.

"Balikin!"

"Kalo bisa, coba ambil."

"Auuu!" Cewek itu mencubit pinggangku membuatku melempar sepatunya.

Secepat mungkin cewek gila itu mengambil sepatunya kemudian pergi. Namun, sebelum itu dia mengatakan sesuatu, "kasian sakit ni ye!"
______

Yeiii yeii yeii update lagii :)

SHARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang