Mulai kapan? gue enggak tahu. Tapi yang jelas setiap gue ngeliat lo itu jantung gue bawaannya pengen lari maraton!
Shinki POV
Sejak kejadian tadi pagi aku selalu merutuki diriku sendiri atas ucapanku yang sungguh memalukan kepada cewek itu. Bagaimana bisa diriku mengatakan suka kepada cewek itu.
"Woy Ki!" teriak Tedi tepat di samping telingaku membuat lamunanku buyar.
"Lo kenapa? Perasan dari tadi pagi pas lo masuk kelas wajah lo muram gitu. Lo ada masalah?"
Sedari tadi mungkin Tedi tengah memperhatikanku namun aku tidak mempedulikan hal itu, yang paling penting sekarang adalah cewek yang sering menimpuknya dengan sepatu.
"Gak papa." Setelah mengatakan itu aku berlalu dari hadapan Tedi.
Sekarang aku berjalan menyusuri koridor sekolah yang terbilang lumayan ramai karena sekarang jam istirahat. Beberapa siswi yang berpapasan denganku menyapa atau ada juga yang dengan tidak tahu malu menggodaku. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman.
Entah kenapa tapi sekarang aku berada di kantin. Posisiku sekarang berada tidak jauh dari tempat duduk cewek yang aku temui pagi tadi dan teman-temannya.
"Ngapain gue kesini sih?" Aku membatin kesal. Bisa-bisanya aku ke kantin dan aku terus saja menatap ke arah Ara.
Deg!
Jantung gue kenapa kaya gini sih, padahal tuh cewek cuma ngeliat gue!
Dengan segera aku mengayunkan kakiku pergi ke luar kantin. Tapi niatku gagal karena seseorang memanggilku. Aku menoleh dan seseorang yang memanggilku tidak lain adalah Bara cowok bandel yang sekarang duduk di samping cewek gila itu.
"Kak bisa ke sini bentar enggak?" teriak Bara masih di posisi duduknya.
Dengan enggan aku berjalan menuju tempat duduk Bara sekaligus ada cewek gila dan juga Dilla.
"Kenapa?" tanyaku to the point. Malas berlama-lama berada di sana apalagi sekarang jantungku tidak berhenti berdetak melihat ekspresi cewek gila yang terlihat begitu galak saat melihatku.
Bara nyengir bak kuda saat aku menampilkan ekspresi dinginku. "Kak tadi pak Bono nyuruh gue buat nyariin lo. Tapi berhubung gue ngeliat lo di kantin yaudah deh sekalian aja."
"Trus?"
Bara kembali menarik napasnya. "Gini kata pak Bono lo di suruh ke ruang guru nanti pas pulang sekolah. Gue gak tau ngapain yang jelas lo di suruh ke ruangannya nanti." Setelah mengatakan itu aku berlalu pergi meninggalkan mereka yang pasti sedang membicarakanku karena kelakuanku yang tidak sopan.
"Dasar kakak kelas belagu. Mentang-mentang ketus osis main pergi seenak jidatnya aja!" Entah mengapa mendengar cewek gila itu mengoceh membuat sudut bibirku tertarik ke atas.
Ting tong ting tong!
Bel masuk kelas terdengar bergema di SMA Nusa Bangsa. Aku segera beranjak masuk ke kelas sebelum pelajaran buk Santi guru Kimia mengajar.
"Steven Shinki Alfaro. Lo dari mana sih, bingung gue harus nyari lo kemana lagi!" kesal Tedi yang ditinggal begitu saja tadi.
"Gue habis dari kantin," jawabku setelah mendudukkan diri di kursi di samping Tedi.
"Serius!?" mendengar Tedi berteriak ingin rasanya aku menyumpal mulutnya dengan kaos kaki.
Aku memutar bola mataku malas melihat Tedi berdecak kagum.
"Alay lo!" ucapku lalu setelah itu aku mulai mengeluarkan buku pelajaran Kimia ke atas meja.
"Tumben-tumbenan lo ke kantin. Aromanya ada bau sesuatu-sesuatu gituh," ujar Tedi membuat-buat nada bicaranya.
"Ngomong lo sekali lagi. Besok gue gak kasi lo contekan!" Ancamku membuat Tedi langsung diam seribu bahasa. Hanya gara-gara tidak dikasi contekkan.
_____
Setelah bersusah payah untuk fokus mengikuti pelajaran buk Santi. Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi juga. Dengan segera aku merapikan peralatan belajarku dan langsung beranjak menuju ke ruangan pak Bono.
Saat di koridor dekat tangga. Tanpa sengaja aku menabrak seorang cewek yang tengah berlari. Cewek itu terjatuh dengan setumpuk buku tebal yang ada di tangnnya.
Aku hendak membantunya, tetapi tanganku di tepis kasar oleh cewek itu.
"Kalo jalan itu pakek mata!" ucapku kesal. Setelah itu pergi meninggalkan cewek itu yang berusaha bangun dan mengumpulkan bukunya yang berserakan.
"Auu!" Aku memekik terkejut. Karena sesuatu mengenai punggungku.
"COWOK BELAGU!" teriak cewek itu.
Aku dengan kesal berjalanan menghampiri cewek itu. "Lo bisa enggak sih setiap lo ketemu sama gue jangan nimpuk-nimpuk gue. Lo pikir gak sakit?"
"Eh lo tuh ya. Udah tau salah bukannya minta maaf lo malah pergi. Bantuin kek apa kek. Dasar cowok!"
Aku cengo ketika mendengar ucapan cewek gila yang sangat menyebalkan di telingaku. "Yang ada gue yang harusnya ngomong gitu disini tuh gue pihak yang dirugikan. Dan apa lo bilang tadi? Gue gak bantuin lo? Lo amnesia kalim Dasar cewek udik!"
"Ihh!" Cewek itu menghentak-hentakkan kakinya. Lalu berlalu pergi dengan mulut yang tak henti-hentinya mengoceh dan menyumpahi diriku.
"Cewek gila!" panggilku.
"Apa lo? Mau minta maaf? Idih gak sudi!" Bukannya berhenti Ara malah semakin berlari. Cewek itu lupa mengambil buku yang tadi digunakannya untuk menimpuk dirinya.
"Rumus Matematika?" aku mengangkat sebelah alisku. Bingung.
Tok tok tok!
Aku mengentuk pintu sebelum masuk ke ruangan pak Bono. "Maaf Pak tadi Napak ada manggil saya?" tanyaku sesopan mungkin kemudian aku berjalan dan berdiri tepat di hadapan meja pak Bono.
Pak Bono membetulkan letak kacamatanya. "Oh Shinki. Silahkan kamu duduk dulu."
Setelah aku duduk. Aku memperhatikan pak Bono yang sibuk mencari selembar kertas yang berisikan data seorang murid.
"Maksud saya manggil kamu ke sini itu, saya ingin kamu mengajar seorang murid yang nilainya itu sangat kurang memuaskan. Saya harap kamu bisa membantu, karena hanya kamu siswa kepercayaan Saya," ujar Pak Bono panjang lebar.
"Dan ini data siswi yang harus kamu ajar. Di sana sudah lengkap berisi nomor telepon dan alamat rumahnya." Saat aku membaca data tersebut antara terkejut dan juga kasihan melihat siapa yang dimaksud oleh pak Bono. Murid dengan nilai Matematika yang sangat rendah.
"Tapi pak-"
"Bapak percayakan siswi itu kepada kamu." ucap pak Bono menatapku dengan penuh harapan.
Dengan pasrah aku mengangguk. "Baik Pak."
Setelah itu aku beranjak pergi dari ruangan tersebut.
"Oh Tuhan. Mimpi apa gue semalem!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SHARA (TAMAT)
Teen FictionFOLLOW AKUN @ayuwidyawatii DULU BARU BACA, TERIMA KASIH :) _________ Labil, cerewet, tukang rusuh, pembuat masalah, adalah karakter salah satu cewek yang hanya ada di SMA Nusa Bangsa, pindahan dari SMA Rajawali karena keinginan orang tuanya supaya d...