Salah Paham 2

160 9 0
                                    

Jangan lupa Vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca!

Happy reading :*

Shinki POV

Dengan gerakan cepat aku memukul samsak yang ada di pojok kamarku. Dengan napas terengah-engah aku terus saja memukulnya meluapkan semua kekesalan yang sedari tadi aku pendam. 

“Arghhh brengsek!” teriakku sangat kesal.

Pugh!

Pugh!

Pugh!

Terus menerus walaupun tanganku mulai memerah akibat terlalu lama melakukannya.

“Sial! Kenapa harus kayak gini!” Aku menjambak rambutku frustasi. Kenapa selama ini dirinya tidak mengetahui identitas dari pacarnya sendiri. Semua yang  baru aku ketahui saat pulang sekolah tadi membuatku bingung harus berbuat apa. Tetap bertahan atau harus pergi.

Flashback On.

Dengan semangat aku menyambar tas yang ada di atas meja lalu berjalan dengan santai keluar saat guru yang mengajar sudah pergi dari sana, tadi aku menyuruh Shara untuk menungguku.

Namun belum ada beberapa langkah keluar dari kelas seseorang bersuara membuat langkah kakiku terhenti.

“Steven Shinki Alvaro,”

“Itu nama lo, kan?” tanya seorang cowok yang tengah bersandar di tembok dengan tangan terlipat di dada.

“Ngapain lo ke sini?” tanyaku dengan nada tidak suka.

“Weitss, santai dulu dong bro, niat gue ke sini baik.” 

“Pergi lo dari sini, sebelum anak buah gue buat lo babak belur disini.” Aku melanjutkan langkah kakiku namun perkataannya membuatku kembali berhenti.

“Shara Claudia Hazel, dari kelas IPS 1, pemilik sekolah SMA Rajawali dan dia …. ”

“Pacar lo?” Perkataan cowok itu sukses membuatku untuk menghajar pipi putihnya itu.

“Apa maksud lo?”

Cowok itu menghampiriku lalu berada tepat di hadapanku. “Pacar Lo itu cantik, gue suka.” Dengan cepat aku menarik kerah baju bagian depan cowok itu namun cowok itu tertawa membuatku mengernyit bingung.

“Oh ya. Lo pasti belum tahu kalau pacar lo itu suka sama gue.” 

Pugh!

Cowok itu terkapar di lantai dengan wajah yang mengenaskan karena pukulan yang secara tiba-tiba. Cowok itu menyunggingkan senyum iblisnya. “Lo pikir dia suka sama lo? Enggak. Itu hanya siasatnya supaya lo nggak bakalan nyerang sekolah Rajawali lagi. Dia itu nggak beneran suka sama lo. Ck, ck, ck, kasian banget sih lo.”

Aku kembali mencengkram erat kerah baju cowok itu. “Tutup mulut busuk lo itu, sekali lagi lo ngomong yang aneh-aneh tentang pacar gue, mati lo!” sarkasku, memperingatkannya.

Lagi dan lagi dia tertawa bak iblis lalu menghentakkan tanganku. “Percaya atau tidak, itu urusan lo.” Setelah itu cowok itu menghilang di tangga.

“Brengsek!”

Dengan cepat aku berlari menghampiri Shara yang sudah menungguku di koridor sekolah, namun disana aku tidak menemukan siapa-siapa. Ke mana Shara?

Apakah dugaannya benar jika Shara hanya memanfaatkannya, kenapa semua ini harus terjadi. Aku menjambak rambutku frustasi.

Dengan kesal ku tendang bangku panjang yang ada di sana mengakibatkan bunyi yang begitu nyaring.

“Arrghh!”

Flashback Off.

Mengingatnya membuat dadaku sesak. Siapa yang harus ku percaya, setelah aku selidiki Shara ternyata memang anak dari pemilik sekolah bebuyutannya. Aku kira Shara hanya murid pindahan biasa. Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang dengan tatapan yang jauh menerawang ke langit-langit kamar.

“Gue nggak bisa kayak gini, gue harus nyamperin dia.”

Aku kembali bangkit dari posisi tidurku, dengan cepat aku mengambil jaket yang yang di lemari dan mengambil kunci mobil di atas nakas. 

Dengan kecepatan yang tidak bisa dibilang hati-hati aku mengendarai mobil, tidak mempedulikan pengendara lain yang terus mengklakson.

Setelah sampai di depan rumah bernuansa putih itu, aku turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Dengan sedikit ragu, aku mengetuk pintu putih itu. Selang beberapa detik seorang laki-laki dengan kaca di depan matanya menatapku dari bawah sampai atas. “Malam Om,” sapaku seperti biasanya.

“Iya Malam.”

“Sharanya ada nggak, Om?”

 Laki-laki itu mengernyit saat mendengar pertanyaanku. “Bukannya dia tadi ke rumah kamu?”

“Oh itu iya, saya pikir dia sudah sampai rumah.”

“Shara belum sampai. Mungkin sebentar lagi dia datang, kamu tunggu saja.”

“Makasih Om. Tapi saya cari Shara aja Om. Permisi.” Aku berpamitan kepada Papa Shara lalu berlari kecil menuju mobil.

Aku menghidupkan mesin mobil lalu menjalankannya, putaran ban mobil yang begitu cepat memecah sunyinya malam, deru mobil mengisi pendengaranku.

Saat berhenti di perempatan jalan di lampu merah, pandanganku jatuh pada seorang gadis yang tengah tertawa riang dengan beberapa cowok, dua diantaranya sangat aku kenal.

“Shara?” gumamku.

Aku kembali memfokuskan pandanganku saat salah satu cowok merangkul Shara dengan sangat posesif. 

“Awalnya gue kira perkataan Rio itu bohong. Tapi, setelah gue ngeliat lo sama Rio, gue yakin lo emang bukan orang baik.” Tanpa menunggu aba-aba aku menginjak gas membuat penyebrang jalan berteriak kesal karena ulahku yang menerobos lampu merah.

“Semuanya sudah berakhir!”

“Lo salah nyari musuh, tunggu pembalasan gue!”

Yeii Up lage!

Terimakasih :)

SHARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang