"Memikirkanmu saja membuat sudut bibiku tertarik ke atas."
Aku mengayunkan kakiku menuju ruang kelas. Aku masih kesal karena kejadian tadi pagi. Huft!
Aku menghentak-hentakkan langkah kakiku. Tersesah orang mau liat kayak gimana yang jelas sekarang mood-ku sangat kacau.
Aku memasuki ruangan kelas, seorang gadis tanpa sengaja menabrakku. "Aduh kak maaf ya?" Setelah itu dia kembali berlari seperti sedang menghindari sesuatu.
"Oh God!" bisikku kesal.
Saat hendak berbalik untuk melanjutkkan langkahku. Sesuatu mengenai kepalaku membuatku menggeram kesal.
"ASTAGA SIAPA YANG BERANI NGELEMPAR GUE PAKEK INI?" teriakku sambil mengambil pengapus papan yang mengenai kepalaku tadi.
Mendadak hening. Aku melihat ke arah Dilla, dagu cewek itu menunjuk ke arah cowok pemakai kacamata yang berdiri tak jauh dari tempatku berdiri.
Aku meremas penghapus papan yang aku pegang. Aku berjalan dengan menghentak-hentakkan kakiku.
"LO!" Aku menunjuk cowok itu, yang menatapku dengan tatapan ngeri.
"Maksud lo apa nimpuk gue pakek ini? Lo ada masalah sama gue?" Aku mengangkat daguku menantang. Semua murid yang ada di kelas hanya menatap dalam diam. Tidak berani melerai.
"Ra, udah Ra. Dia gak sengaja." Dilla menarik tanganku.
"Tapi Dil-"
"Masih pagi. Mending sekarang lo buat PR. Pasti lo belum buat, kan?" Perkataan Dilla membuatku seketika melupakan masalah tadi.
Aku nyengir bak kuda, untung ada Dilla, kalau tidak bisa-bisa nanti guru bisa membuatku berdiri di depan kelas atau lebih parahnya lagi aku akan disuruh berlari. Tidak-tidak.
"Kalau gitu hari ini gue maafin lo." Aku menarik tangan cowok yang ada di hadapanku lalu manaruh pengahapus papan tulis di tangannya.
Aku berbalik berjalan menuju mejaku saat terdengar suara yang membuatku berhenti.
"Cewek petakilan."
Aku langsung menatap seseorang seseorang yang bersuara tadi. Ingin rasanya sekarang aku menggigitnya, sangat pas dengan suasana hatiku.
"Dill, nih tadi pak Bono nyuruh gue nganter buku ini ke sini." Orang itu menyerahkan tumpukan buku tulis kepada Dilla.
"Iya kak. Makasih."
Pletak!
"Anjing!" pekik kakak kelas itu mentapku dengan nyalang.
Sebenarnya tadi aku merebut penghapus papan yang aku serahkan kepada cowok berkaca mata tadi. Lalu aku melemparnya dengan sengaja ke arah cowok yang ada di hadapanku ini.
Akhirnya sedikit terbalaskan kekesalan gue!
Dengan masa bodonya aku berjalan melewatinya, tapi cowok itu mencengkram erat pergelangan tanganku membuatku mengaduh kesakitan.
"Auu sakit bego!" Aku menepis tangan cowok itu. Tapi karena tenaganya yang terlalu kuat membuatku susah untuk melepaskannya.
"Kak Shinki maafin Ara ya. Dia gak sengaja tadi." Dilla mencoba untuk menyelamatkanku tapi Dilla malah ditatap horor oleh cowok itu.
Sebuah ide terlintas di pikiranku. Aku menginjak kaki cowok itu membuatnya memekik kesakitan.
"Dasar cewek barbar!"
"Makanya kalau ngomong itu di filter jangan asal ngejeplak aja!" Aku menjulurkan lidah ke arah cowok itu.
"Lo tuh ya. Dulu lo nimpuk gue pakek sepatu sekarang nimpuk gue pakek ini terus lo nginjek kaki gue. Dasar cewek gila!"
"Lo bilang gue apa? Cewek gila? Lo tuh cowok gila!"
"Cewek setres!"
"Cowok mulut cabe!"
Ting tong ting tong!
Terdengar suara bel masuk kelas membuat semua murid kembali ke tempat duduk masing-masing. Sedangkan aku menginjak sekali lagi kaki cowok itu lalu berlari menuju tempat dudukku.
"Awas lo ya cewek barbar!"
Setelah mengucapkan itu Shinki keluar kelas. Aku menatap punggungnya hingga hilang di balik pintu.
Sebuah senyuman terbit di bibirku. Sebuah ide gila terbit di pikiranku mengingat siapa kakak kelas itu membuatku melupakan kejadian tadi pagi.
_______
Bel istirahat terdengar begitu sangat nyaring di telingaku. Dengan sangat cekatan aku merapikan buku-buku yang berantakan di atas meja belajarku.
"Dill kantin yuk!" Aku menoleh ke belakang mendapati Dilla yang belum selesai merapikan kotak pensilnya.
"Sabar Ra."
"Hay honey beby sweety!" teriakkan seseorang membuat telingaku menjadi tuli seketika.
"Araaa, kantin yuk." Bara berada di sampingku menoel-noel pipiku membuatku menggeram kesal.
"Paan sih Bar! Risih gue." Aku menepis tangan cowok itu.
"Yuk Ra," Dilla menarik tanganku tak lupa juga cewek itu mengajak Bara. "Lo ikut gak Bar?"
"Jelas ikut dong!"
"Apasih Dill tinggal aja dia disini." Aku menarik paksa tangan Dilla menuju kantin.
"Bye!" seruku tepat di depan wajah Bara.
Sekarang aku, Dilla dan Bara duduk di kantin di meja pojok dekat dengan tembok. Itu semua permintaanku.
"Dilla gue mau nanya sesuatu."
"Nanya apa Ra?"
"Lo tau gak kalo sekolah ini punya musuh bebuyutan?"
Dilla nampak berpikir. "Kayaknya nggak ada yang kek gitu. Emangnya kenapa Ra?"
Dengan cepat aku menggelengkan kepalaku. "Gak kenapa kok. Cuma nanya aja."
"Gue kek pernah denger, tapi gak tau beneran atau enggak," ujar Bara yang sedari tadi diam.
Aku menggut-manggut.
Ternyata selama ini tuh cowok gak seperti keliatannya.
______
Aku kembali lagi ^^
Udah update ya jangan lupa vote dan commet karena semua itu gratis gak bayar 😁Maap ya kalau ada typo. Soalnya aku langsung publis gak isi baca lagi😂
Jangan lupa polow aku di ig (et) ayuuwidyawatii
Terima kasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHARA (TAMAT)
Teen FictionFOLLOW AKUN @ayuwidyawatii DULU BARU BACA, TERIMA KASIH :) _________ Labil, cerewet, tukang rusuh, pembuat masalah, adalah karakter salah satu cewek yang hanya ada di SMA Nusa Bangsa, pindahan dari SMA Rajawali karena keinginan orang tuanya supaya d...