13. Break Up

2.2K 254 7
                                    

Sasuke memasuki ruangan di mana Sakura dirawat. Dia berjalan pelan sampai-sampai gadis itu tidak menyadari kedatangan dirinya. Sakura sibuk menatap cairan infusan yang menetes perlahan dari labu. Dia tidak masuk makanan sejak pagi sampai siang hari ini. Dia pasti sedih, tentu saja. Sosok Sakura yang biasa ceria dan tidak bisa diam kini sangat asing di mata Sasuke.

"Jangan melamun," Sasuke menyentuh ujung hidung Sakura dan duduk di sebelah ranjang gadis itu. Sakura mengalihkan pandangan ke arahnya dan tersenyum tipis. "Hei, kau tidak terkejut?"

Sakura menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. "Kau meninggalkan ponselmu." Tunjuknya pada ponsel hitam di atas nakas.

Sasuke menyunggingkan senyum. "Aku punya sesuatu untukmu," Katanya sambil memberikan tas kertas berukuran sedang pada Sakura. "Bukalah." Titahnya kemudian sambil menyetel ranjang Sakura supaya lebih nyaman.

Sakura mengerutkan alisnya, saat mengeluarkan sebuah kardus persegi panjang dari tas itu. "Ponsel baru?"

Sasuke mengangguk. "Kudengar ponselmu hilang. Modelnya memang berbeda dari milikmu sebelumnya, tapi kuharap kau menyukainya."

Sakura melihat setiap sudut ponsel barunya setelah itu menekan tombol power. Model ponsel itu sama persis dengan ponsel milik Sasuke, dan Sakura tahu kalau harga ponsel itu cukup menguras banyak isi dompet. "Kau tidak perlu repot-repot membelikan ini untukku, aku juga ada rencana membeli ponsel awal bulan nanti dan modelnya..."

Sasuke menggeleng. "Aku ingin ponsel kita sama dan kita selalu terhubung."

Sakura tersenyum dan menaruh ponsel baru itu di sebelahnya. "Kau... Kenapa bisa tahu aku di sini?"

Sasuke terdiam sejenak. "Entahlah, saat bekerja kemarin aku benar-benar tidak fokus. Aku terus memikirkanmu, kau mengganggu tahu?"

Sakura tertawa kecil tanpa menanggapi ucapan Sasuke, dia hanya ingin mendengarkan suara kekasihnya saat ini.

"Aku kehabisan tiket penerbangan hari itu dan akhirnya menggunakan Shinkansen."

"Benarkah? Kapan kau tiba?"

"Jam 10 malam. Aku sudah ke apartemenmu dan kau tidak ada di sana. Aku menghubungi si merah dan dia bilang kau dirawat di rumah sakit."

"Si merah?" Tanyanya heran.

Sasuke mengangguk dan menautkan jemari tangannya pada jemari tangan Sakura. "Sasori, aku menyimpan beberapa kontak teman-teman dekatmu termasuk dia."

Sakura terdiam dan malingkan wajahnya ke jendela ruangan. "Terimakasih."

"Untuk?"

"Untuk semuanya. Terimakasih banyak."

***

"Cuaca di luar sedang bagus bukan?"

"Ya, sangat." Sakura memejamkan matanya merasakan angin yang menerpa wajah dan tubuhnya. Cuacanya cukup hangat hari ini.

Sasuke berdiri di sisi kiri Sakura sambil memegangi tiang infusnya. Dia merangkul bahu Sakura dan mengajaknya duduk di taman rumah sakit.

"Kau harus minum sedikit. Kau pucat sekali." Lelaki itu membukakan air mineral untuk Sakura. "Pelan-pelan, mungkin perutmu akan perih sedikit."

Sakura meraih botol minumnya dan meneguknya sedikit demi sedikit. Dia terdiam sejenak, kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu Sasuke.

Melihat Sakura yang menahan sakit, tangan Sasuke terulur untuk menyentuh perutnya dan mengelusnya perlahan. Membuat si pemiliknya melirik heran pada lelaki itu.

"Aku tidak tahu apa ini berpengaruh atau tidak. Tetapi saat aku menjadi dirimu aku sering mengelus perut seperti ini dan rasa sakitnya sedikit berkurang." Jelas lelaki itu yang hanya dijawab gumaman oleh Sakura.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang