Waktu berlalu begitu cepat, sudah hampir satu minggu setelah Axel berpisah dengan Maddi di Paris pagi itu. Setelah kejadian itu, Maddi merasa dirinya benar-benar harus menjauh dengan Axel. Ia hanya tidak siap jika harus jatuh cinta dengan pria seperti Axel. Sepertinya akan sulit mencintai pria penuh kebebasan seperti Axel, Maddi takut mencoba untuk berkomitment dengan Axel. Atau ia hanya takut jika perasaannya tak terbalas?
Entahlah. Yang jelas, dalam kurun waktu satu minggu ini, Maddi sangat sering bertemu dengan Axel. Bahkan Axel sempat berkunjung ke rumah ayahnya untuk membahas pekerjaan dan tepat saat ia berada di sana. Maddi menghindar, berusaha menjauhi Axel untuk menghilangkan perasaannya agar tidak semakin berkembang. Lebih baik ia menolak perasaan ini di awal dari pada nanti ia terluka karena penolakan, bukan?
Maddi sudah duduk di kursi kebesarannya sejak lima hari yang lalu. Ia ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik, tidak tahu karena apa. Hanya saja Maddi merasa di umurnya yang sudah menginjak dua puluh tujuh tahun, ia tidak boleh main-main lagi. Ia ingin membuat ayahnya bangga dan juga membuktikan pada semua orang bahwa ia anak dari seorang Jason Timothy Knapp, bukan si jalang Beatrice Alesso.
Ketukan di pintu ruangannya membuat Maddi mendongak dan mempersilahkan orang tersebut masuk. Sally, sekertarisnya masuk membawa beberapa berkas di tangannya.
"Mrs. Knapp, saya membawakan schedule anda dan beberapa berkas yang harus anda tanda tangani," kata Sally sesaat setelah ia berdiri di hadapan Maddi.
"Bacakan aku schedule-nya, Sally. Dan berkas-berkas yang harus aku tanda tangani, letakkan saja di meja sana." Maddi menunjuk meja yang ada di depan sofa untuk menerima tamunya tanpa mengalihkan pandangan dari komputer jinjingnya. Beberapa kali ia juga membenarkan letak kaca matanya.
"Anda hanya punya satu meeting penting bersama pihak GR International saat jam makan siang nanti, Mrs. Selanjutnya, anda tidak memiliki janji dengan siapapun."
Maddi mendongakkan kepalanya dan melepas kaca mata yang bertengger di pangkal hidungnya. "GR International? Bukankah, dua hari yang lalu ayahku baru menemui pihak mereka?"
Sally mengangguk lalu menjawab, "Benar, Mrs. Hanya saja, disini sudah tertulis kalau anda memiliki janji temu di jam makan siang nanti."
Maddi bergumam sambil mengetukkan bolpinnya ke atas meja. "Bisakah kau menggantikanku bersama Gisel?"
"Mrs. Gisel sedang izin hari ini, Mrs. Ia mengambil cuti tahunannya sejak tiga hari yang lalu. Lagi pula, dari pihak GR International meminta anda secara khusus untuk datang."
Maddi akhirnya menghela napas. "Baiklah, kau boleh keluar sekarang, Sally."
"Terima kasih, Mrs. Knapp. Saya permisi."
"Ah, tolong buatkan matcha tea untukku, Sally."
"Baik, Mrs."
Sally kemudian berlalu dan menutup kembali pintu ruangan Maddi. Maddi menghela napasnya dengan lebih kasar dan memijat pelipisnya. Beberapa kali ia berhasil menghindar dari pria itu, kenapa sekarang dia justru terperangkap untuk meeting dengannya. Sial!
Ponselnya berdering dan Maddi segera mengangkat panggilan dari nomor yang tidak di ketahuinya.
"Hallo?"
"Hai, Maddi. Akhirnya setelah hampir satu minggu kau menghindariku, aku kembali mendengar suara lembutmu."
"Axel." Maddi mendesis terkejut dan lirih.
"Ya, Maddi. Ini aku, Axel."
"Bagaimana bisa kau punya nomor ponselku?"
"Bukankah wajar karena perusahaan kita memiliki hubungan mitra. Lagi pula, ayahku dan ayahmu bersahabat, Maddi."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY STRANGERS [#1 Romance Series]
RomanceDia datang sesejuk embun pagi, menyapaku dengan senyuman yang melemahkan seluruh saraf tubuhku, mendekapku di antara dua lengan kokohnya, membisikan kata perkenalan yang indah dengan nada lembut dan membuatku serasa melayang sampai aku terjebak dala...