Setelah siang itu Maddi terlelap dan bangun saat matahari sudah mengeluarkan semburat oranye yang sebentar lagi akan kembali ke peraduannya, Axel mengajaknya pergi ke suatu tempat. Dan disinilah mereka berada, di sebuah mansion yang terlihat tidak terlalu besar namun tetap meninggalkan kesan mewah dari dekorasinya yang bertema klasik.
"Kenapa kau membawaku kemari?" tanya Maddi masih bingung.
"Mansion ini milik kita," jawab Axel yang tidak pernah Maddi duga.
"Kita? Kau dan aku?"
"Ya, siapa lagi, chèrie?"
"Untuk apa kau membeli mansion ini untuk kita?" Maddi tertawa miris.
"Kita tidak akan bisa melanjutkan hubungan ini sampai nanti, Axel," imbuh Maddi dalam hatinya.
"Aku ingin memiliki tempat pribadi untuk kita menghabiskan waktu bersama. Tanpa gangguan orang lain."
"Mansionmu? Kenapa kau harus membuang uangmu hanya untuk menghabiskan waktu?"
"Jadi, kau tidak suka?"
"Oh, tentu aku suka. Hanya saja, kita masih bisa menghabiskan waktu di mansionmu, atau apartemen ku?"
Axel menatap Maddi dalam. "Aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman karena kehadiran keluargaku, atau Sabrine. Terutama ibuku."
Maddi tersenyum sambil mengusap punggung tangan Axel. "Aku menghargaimu. Tapi, untuk tinggal di mansionmu saja aku belum menyetujuinya, bagaimana dengan kau membeli sebuah mansion untuk kita?"
"Jadi, aku harus bagaimana agar kau mau tinggal denganku?"
"Kau tidak harus melakukan apapun, Axel. Aku sudah meyetujui untuk tinggal bersamamu, disini."
Axel tersenyum sumringah lalu memeluk Maddi erat. "Aku tidak akan meninggalkanmu, Maddi."
⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️
Maddi masih berendam di air hangat setelah bangun dari kegiatan yang melelahkan bersama Axel berjam-jam tadi. Axel sendiri masih bergelung dengan selimut hangatnya.
Ponsel Maddi bergetar di atas nakas. Axel melirik pintu kamar mandi yang terlihat belum ingin terbuka lalu menoleh ke ponsel Maddi. Sebuah panggilan dari nomor yang belum Maddi simpan, Axel memilih untuk menggeser tombol hijau.
"Beatrice Madeline Knapp, putri dari si jalang Beatrice Paulina Alesso. Jika kau masih melanjutkan hubunganmu dengan putraku, Axel. Aku tidak segan merecoki hidupmu, gadis manis. Jadi, jauhi putraku mulai detik ini atau kau tahu akibatnya!"
Panggilan itu terputus begitu saja, Axel merasa rongga dadanya di tikam sesuatu yang tajam. Ia masih tidak mengerti sebenarnya ada masalah apa antara ibunya dengan ibu Maddi. Axel segera menghapus nomor itu dari daftar panggilan Maddi dan kembali berbaring menatap langit kamar baru mereka. Ia akan mencari tahu semuanya tanpa sepengetahuan Maddi atau siapapun, tentu saja ia tak akan memberi tahu Maddi mengenai panggilan itu. Ia akan mempertahankan Maddi apapun alasannya dan bagaimanapun caranya. Axel memang egois bukan, ia tidak ingin Maddi menjauh tapi suatu saat nanti ia akan menjauhi Maddi.
"Axel mandilah," titah Maddi setelah keluar dari kamar mandi lengkap dengan bathrobe membalut tubuh mungil dan juga handuk yang melilit rambut pirangnya.
Axel bangkit dan mengenakan boxernya, berjalan ke kamar mandi dan berhenti di sebelah Maddi yang masih mengeringkan rambutnya, lalu mencium bibir wanita itu singkat.
![](https://img.wattpad.com/cover/176404312-288-k863038.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY STRANGERS [#1 Romance Series]
RomanceDia datang sesejuk embun pagi, menyapaku dengan senyuman yang melemahkan seluruh saraf tubuhku, mendekapku di antara dua lengan kokohnya, membisikan kata perkenalan yang indah dengan nada lembut dan membuatku serasa melayang sampai aku terjebak dala...