"Aku mencintaimu!" bentak Maddi yang membuat kamar bernuansa abu gelap itu hening seketika. "Kau tidak menyangka bukan? Aku juga merasa seperti itu. Aku tidak ingin perasaanku semakin besar karena aku tahu sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa membalasnya. Iya kan? Jadi sekarang, biarkan aku pergi." Maddi mengerjapkan matanya sejenak lalu berjalan menuju pintu.
"Je t'aime," tukas Axel lirih.
"What? I don't know what you say."
"Berhenti di sana, Maddi." Axel mendekat dan kembali menarik tubuh Maddi kedalam dekapannya. "Aku..."
"Axel, cukup. Aku tidak ingin semakin terjebak dalam perasaan ini terlalu lama. Aku hanya—"
"Aku tertarik padamu," ujarnya memotong kalimat Maddi.
Maddi terdiam lalu terdengar menghela napasnya dan mendorong tubuh Axel menjauh. "Hanya sekedar tertarik, itu wajar. Kau pria, dan aku wanita. Kita memiliki kebutuhan yang harus tersanggupi. Perasaan tertarikmu atasku sebentar lagi akan menghilang. Jadi jangan khawatir. Aku permisi."
"Maddi, dengarkan aku sejenak." Axel kembali mencekal tangan Maddi. "Aku tertarik padamu, kau tidak perlu takut aku meninggalkanmu."
"Itu tidak mungkin!"
"Percayalah padaku, Maddi. Aku membutuhkanmu."
"Hanya di atas ranjang, Axel. Aku bukan budak sex mu."
"Siapa yang mengatakan itu?"
"Sudahlah, Axel. Aku benar-benar lelah menghadapimu. Aku—" suara Maddi tercekat. Sesak di dalam dadanya semakin kuat mendorong sesuatu di pelupuk matanya menetes. "Let me go."
"Tidak. Kau tidak akan meninggalkanku, Maddi." Axel menarik Maddi dan menciumnya dengan kasar. Tangan besarnya dengan mudah merobek dress yang Maddi kenakan sampai menyisahkan pakaian dalamnya.
Dengan masih menangis, Maddi semakin tak berdaya dan lemah. Untuk menolak sentuhan dan ciuman Axel saja ia tidak bisa, bagaimana ia bisa meninggalkan hatinya jatuh bersama pria itu?
"Jangan menangis, Maddi. Aku tidak akan menyakitimu." Axel mengusap air mata Maddi pelan.
Maddi tidak bisa menolak Axel, tidak akan pernah bisa. Tapi kali ini, Maddi akan mencoba. Ia berjalan menuju ranjang besar itu dan tidur memunggungi keberadaan Axel dengan tangan memeluk dirinya sendiri. "Aku tidak ingin menjadi wanita simpananmu," bisiknya lirih.
Axel sedikit tertengun lalu mendekat dan ikut berbaring di belakang Maddi, memeluknya. "Demi Tuhan! Hanya kau wanita satu-satunya yang masuk ke dalam kamar pribadiku, Maddi."
"Istrimu? Wanita itu?"
"Apa kau melihat foto pernikahan di mansion ini? Di kamarku?" Maddi menggeleng lalu berbalik badan menatap Axel dengan mata basahnya. "Aku belum menikah, Maddi. Dia, wanita pilihan ibuku. Dan aku tidak menyukainya, sama sekali!"
"Tapi dia—"
"Dia terobsesi atas diriku, dia terobsesi mencari pasangan dengan derajat yang sama seperti dirinya," jelas Axel sambil mengelus rambut Maddi pelan. "Percayalah padaku Maddi."
"Show me."
"Jika kau sudah masuk ke dalam mansion ku, kau sudah melihat semua hidupku."
"Apa yang ada dalam dirimu, tunjukan padaku. Tunjukan bahwa kau benar-benar tidak akan meninggalkanku."
"Maka menetaplah disini, hiduplah bersamaku."
"Kau ingin aku mendapat guyuran air dari ibumu lagi?"
"Aku sudah memastikan ibuku tidak akan berbuat seperti itu lagi terhadapmu, Maddi."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY STRANGERS [#1 Romance Series]
RomanceDia datang sesejuk embun pagi, menyapaku dengan senyuman yang melemahkan seluruh saraf tubuhku, mendekapku di antara dua lengan kokohnya, membisikan kata perkenalan yang indah dengan nada lembut dan membuatku serasa melayang sampai aku terjebak dala...