Hari ini tepat hari Sabtu. Dimana acara Olimpiade antar sekolah diadakan di SMA Ashoka. Tahun kemarin sekolah itu lah yang menyabet gelar juara satu sehingga menjadi sang tuan rumah. Terlihat banyak siswa dari berbagai macam sekolah berlalu lalang kesana kemari.Brak!!!
"Ah, sorry." Ucap Agis menyesal lalu membantu seseorang yang dia tabrak untuk berdiri.
Namun yang ditabrak hanya mengehela nafas lalu merapikan sedikit bajunya yang kusut. Seragam bercorak merah dengan almamater bertuliskan cempaka adalah hal pertama yang Agis liat.
"Lo dari cempaka?" Tanya Agis lagi dan berhasil membuat orang itu mendongak.
"Hmm." Jawabnya singkat. Lalu kembali mengusap seragamnya dan berlalu begitu saja.
"Jutek banget elah, tapi cantik." Gumam Agis.
Percayalah disaat peserta Olimpiade susah payah dan berharap cemas akan kegiatan lomba Bobby, June dan Deka adalah orang paling bersemangat sekarang. Ya, mereka ikut buat ngeramein doang. Gak guna emang.
"Weh gila anjir degem Ashoka bening semua." Ucap Bobby sembari melihat kesana kemari. June sendiri hanya mengangguk walaupun dalam hati gak berhenti ngucap syukur di suguhkan degem cantik dari berbagai sekolah.
"Neng kenalan yok!" Ajak Bobby saat melihat segerombolan wanita tak jauh dari sana. Sedangakan Dk dan June masih memasang wajah staycool.
"Kenalan gigi lo maju." Sewot salah satu dari mereka.
June, Deka dan yang lain sudah menahan tawa mati-Matian melihat Bobby yang ditolak.
Bobby sendiri hanya menggerutu saat melihat tatapan antusias para siswi pada June dan Deka. Ya, mereka kan most wanted banget. Muka-muka tukang kriminalin cewek yang mereka berdua.
~oOo~
"Lo lama banget sih."
"Lo kira gampang nyari Tampang pas-pasan kayak lo semua di sini?"
"Guna HP lo buat apa? Jadi orang pinter banget." Sinis Marlen pada Ara yang datang sedikit terlambat.
"Makasih lo pujiannya."
Arga mengurut kening yang terasa nyeri saat mendengar perdebatan antara dua orang berbeda gender disebelah dia. Sedangakan yang lain hanya menulikan telinga mencoba fokus pada masing-masing kegiatan.
"Udah sih kak Ara, bang Marlen lo berdua tuh berantem terus. Gue pusing jir dengerin ya."
Ara melirik sinis Marlen lalu berjalan menuju Kei dan Fanny.
"Gimana fan?" Tanya Ara."Hmm? Apanya yang gimana?" Tanya Fanny lagi. Kei memukul keningnya. Merutuki nasibnya yang punya sahabat kelewat bego.
"Lomba lo gimana Neneng Pe'a."
Bukannya menjawab Fanny semakin mengernyit tak mengerti. "Neneng Pe'a itu siapa?"
Dan pertanyaan dari Fanny bikin Kei sama Ara pengen garuk tembok.
Kepikiran buat ngadain operasi ngebersihin isi kepala Fanny dan ngebalikin otaknya yang kayaknya udah lumer. Mereka berdua kadang suka mikir gimana orang selemot Fanny bisa ke pilih buat wakilin sekolah. Fanny itu kalo diajak ngomong mungkin lemot, gak nyambung. Tapi soal belajar dia patut diacungi jempol.
"Tau lah fan, belajar aja yang bener biar lo pinter." Ucap Ara sembari menepuk pelan kepala Fanny.
"Baju lo kok kotor Ra?" Tanya Kei.
"Ditabrak orang."
"Siapa?"
"Tau, dari seragam sih keliatannya anak Pancasila."

YOU ARE READING
School love affair
Fiksi PenggemarCerita klasik tentang gimana kehidupan anak sekolah yang diiringi sama drama percintaan dan keluarga. Lebih jelasnya silahkan membaca!!!