Upinipin masuk sma

70 6 1
                                    





   Sasa ngumpat waktu ngedenger jam weker ya bunyi tepat jam 6 pagi, ini hari Senin Sasa harus bangun pagi kalo gak mau dihukum. Dengan malas dia ngambil handuk dan bergegas mandi, gak usah lama-lama yang penting basah aja udah cukup.

Setelah kelar ini itu Sasa keluar kamar dan udah disuguhin pemandangan manis dimana keluarga bahagia lagi sarapan bareng. Kalo kalian pikir Sasa bakal gabung? Salah besar. Sasa melipir kedapur nemuin mbak Dewi yang lagi nyiapin susu cokelat hangat sama roti bakar selai cokelat.

"Sarapan dulu, belajar yang bener, jangan bolos. Mbak gak mau punya Adek bego."

Sasa ketawa waktu denger petuah dipagi hari dari mbak Dewi. "Siap mbak cantik, tapi kalo buat gak bolos Sasa kayaknya mikir dulu deh. Kalo Mapel kimia Hari ini gurunya masuk Sasa mau tidur aja diuks."

Mbak Dewi menyentil pelan kening Sasa yang membuat Sasa tertawa kembali. Hal manis dipagi hari antara asisten rumah tangga dan majikannya itu pandangan orang tapi menurut Sasa itu adalah hal manis antar adik dan kakaknya.

  Zidan tersenyum tipis saat melihat Sasa tertawa sebebas itu dipagi hari, maklum saja ruang makan dan dapur hanya di pisahkan oleh bar panjang sehingga mereka bisa lihat interaksi Sasa dan mbak Dewi.

"Shiffa gak bakal bosen buat ingetin kalian kalo penyesalan itu datengnya selalu diakhir." Ucap Shiffa membuka pembicaraan cukup intens dengan tatapan mata mengarah pada Sasa yang tertawa dengan mbak Dewi.

  Kalo kalian tanya apa Shiffa iri maka dia gak bakal mikir dua kali buat jawab iya. Shiffa iri sama mbak Dewi yang bisa ketawa lepas sama Sasa, Nemenin Sasa waktu susah, nyemangatin Sasa waktu lagi butuh penyemangat. Shiffa pengen ada Diposisi itu.

"Makan makanan kamu Shiffa." Tegur sang kepala keluarga.

Shiffa terkekeh kecil lalu menghentakan sendok yang ia pegang sehingga menimbulkan dentingan yang cukup keras dan cukup menarik perhatian semua orang termasuk Sasa dan mbak Dewi.

"Ini waktunya kalian dengerin apa yang Shiffa omongin, pertama kecelakaan itu bukan karena sasa..."

"Tapi kalo dia bisa bersabar buat gak pergi dihari itu kamu gak akan ngalamin hal semacam ini." Tukas sang ibu.

"Kedua Shiffa ngelakuin itu karena mau nge lindungan Sasa, Shiffa cuma mau Adek selamat ."  

Shiffa mengacungkan telunjuknya tepat saat sang ayah akan menukas pembicaraan shiffa dan berhasil membuat kedua orang tua itu terdiam.

"Ketiga, kalian terlalu bodoh untuk memikirkan hal sekecil itu. Jelasin sama Shiffa gimana caranya Sasa bisa tau kalo bakal terjadi kecelakaan? Itu takdir."

"Dia memang tidak tau kecelakaan itu akan terjadi tapi setidaknya jika kita tidak pergi kita bisa mencegah hal itu." Ucap sang ibu yang masih memilih egois padahal hati dan perkataannya tidak lah sama.

"Kamu gak bisa ngebela orang yang hampir bikin kamu meninggal Shiffa." Ucap tuan Prabian.

Shiffa baru saja akan menjawab pernyataan sang ayah namun terhenti karena suara tepuk tangan dari Sasa yang perlahan menuju kearah meja makan.

"Woah!! Apa pagi ini bakal ada drama secara Live?" Tanya Sasa sembari menunjukkan wajah exsaitednya.

Sasa melihat jam yang melingkar ditangannya lalu menunjukkan ekspresi sedih yang dibuat-buat. "Tapi sayang banget ini udah hampir setengah tujuh. Jadi gak bisa nonton full deh." Keluh Sasa.

"Tutup mulut kamu." Sergah sang kepala keluarga sembari menatap tajam Sasa.

"Ops! Gue salah ngomong yah? Heran banget kenapa bisa banyak drama di keluarga ini. Curiga nenek waktu lahiran sambil nonton azab diindosiar."

School love affair Where stories live. Discover now