Ye Eun semula mengira idenya soal surat pernyataan itu amatlah brilian. Mustahil sekali orangtuanya akan menandatangani surat antah berantah itu begitu saja. Ye Eun tak pernah mengatakan punya pacar dan tiba-tiba seorang cowok mendatangi mereka dan minta tanda tangan untuk menikahi putrinya. Konyol sekali. Pun seandainya ia berhasil (walau kemungkinan ini nyaris nol), Yuta butuh waktu yang tidak sebentar untuk perjalanan pulang-pergi Seoul-Jeonnam, dan jangan lupakan proses pendekatan dengan ayahnya dulu.
Puku Sepuluh malam, Ye Eun dan Ji Won keluar dari restoran sambil cekikikan membahas Yuta dan rombongan sirkusnya.
"Apa menurutmu mereka ikut?" tanya Ji Won selagi menyeberang. Mereka berjalan bersisian di trotoar yang gelap sambil bergandengan tangan.
"Yanan dan Edawn?"
"Siapa lagi?"
"Entahlah. Mungkin iya." Ye Eun mengangkat bahu. "Aku masih tak percaya Yanan sampai mendatangimu ke restoran dan mengarang semua cerita rentenir itu hanya demi informasi tentangku."
"Aku tahu. Mereka kompak sekali, cecunguk sinting itu."
"Apa menurutmu Yuta akan berhasil?"
"Ketimbang itu, aku malah takut dia mati duluan gara-gara disuruh mengerjakan ladang oleh ayahmu," kata Ji Won geli.
"Yah! Kau tak boleh bilang begitu," tukas Ye Eun, tapi dia sendiri pun tertawa. "Sejujurnya aku kasihan dengan anak itu, mustahil aku menolak di depan wajah memelasnya."
"Aku juga kasihan. Kurasa menyerahkan penolakannya pada orangtuamu adalah hal yang benar. Kau sudah telepon mereka, kan?"
"Ya, kubilang ada orang aneh yang akan datang. Jangan bukakan pintu!"
Ji Won menyemburkan tawa. "Kau jahat sekali! Dia punya tumor di kepala."
"Apa menurutmu itu benar?"
"Aku tak tahu. Tapi dia memang kelihatan sakit."
"Apa lebih baik aku telepon orangtuaku lagi?"
"Wah, kau mudah sekali berubah pikiran, ya! Sebenarnya kau mau menikah dengannya atau tidak?"
"Aku tak tahu. Jika ternyata dia berhasil, yah, aku akan menunaikan janjiku."
"Serius?"
Ye Eun mengangguk mantap. "Toh aku sama sekali tidak rugi apa pun, kan? Justru sebaliknya, aku akan kaya mendadak. Aku tidak akan kerja di restoran bau itu lagi dan tidak usah pusing soal biaya kuliah semester depan."
"Iya, sih."
"Dan kalau dilihat dengan saksama, dia lumayan."
"Apanya yang lumayan? Jangan bilang kau mulai suka dengan si muka heksagon itu!"
"Aku akui dia memang punya aura yang menyeramkan, tapi dia tidak jelek."
"Aku tidak bilang dia jelek. Tapi kau harus mengakui mukanya memang berbentuk heksagon, dan dia terlalu kurus. Sama sekali bukan tipeku. Eh, aku akan lewat jalan ini untuk ke halte. Sampai ketemu besok."
"Kau tak mau menginap di apartemenku saja?"
Ji Won mengulum senyumnya dan menggeleng, "Tidak, terima kasih. Lagi pula apa yang kau takutkan? Penguntitmu sedang menguntit orangtuamu di Jeonnam. Tak akan ada yang mengganggumu malam ini," guraunya.
Ye Eun mendenguskan tawa. Keduanya saling melambaikan tangan sebelum akhirnya mengambil jalan yang berbeda.
Tak butuh waktu lama bagi Ye Eun untuk sampai di apartemennya. Saat sedang merunduk memasukkan kode kunci, ia bisa merasakan lehernya bergidik lagi. Seseorang sepertinya tengah berdiri tepat di belakangnya—dan itu aneh sekali mengingat jalanan di sekelilingnya nyaris kosong selagi ia berjalan ke sini. Ye Eun segera berbalik. Dan hal pertama yang diihatnya adalah kertas—yang buram karena diulurkan terlalu dekat dengan wajahnya. Kertas itu ditarik menjauh dan tampaklah wajah heksagon Yuta yang sedang menyeringai. "Aku berhasil."

KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Bride
Про вампировKetika seorang vampir masuk ke dalam hidupmu dan mengubah segalanya... Author : Salsa