Ye Eun keluar dari bilik ATM sambil menghela napas gusar. Ia baru saja mentransfer seluruh uang di rekeningnya untuk orangtuanya di Jeonnam. Sambil berjalan kembali ke tempat kerja, Ye Eun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ibunya.
[Halo, Ye Eun?]
"Ibu, aku sudah kirim uangnya."
[Ya ampun, tidak usah.]
"Sudah kukirim, Bu."
[Aduh, anak ini! Ibu beri kabar soal Ye Ah bukan untuk membebanimu. Memangnya kau sudah dapat kerjaan baru?]
"Sudah, kok."
[Ah, syukurlah. Kerja kantoran juga, kan?]
"Tentu saja," kata Ye Eun. Ia baru saja sampai di tempat kerjanya dan masuk lewat pintu belakang. Dan saat itu, Moon Ji Won (temannya yang berengsek) merasa perlu untuk berteriak. "Heh, sialan! Dari mana saja kau! Piringnya sudah menumpuk!"
Ye Eun terkejut dan langsung berkilah kalau-kalau ibunya mendengar, "Ibu kututup teleponnya, ya. Aku sedang makan di restoran. Pelayannya berisik sekali! Akan kutelepon lagi nanti. Dadah." Ye Eun segera memutus sambungan teleponnya dan bertolak pinggang menatap Ji Won.
"Apa menatapku begitu!" bentak Ji Won galak. "Harusnya aku yang bertolak pinggang sekarang. Dasar!"
"Kan sudah kubilang aku harus transfer uang," kata Ye Eun, pada akhirnya bicara dengan suara rendah, mengalah. Ia melepas mantelnya dan menggantinya dengan apron kerja.
"Transfer uang siapa? Gajian juga belum!"
"Aku minta gajiku bulan ini dibayar duluan." Ia menghampiri Ji Won di wastafel dan langsung mencuci piring-piring kotor yang tersisa.
Ji Won yang tadi menggantikan kerjaan Ye Eun itu minggir ke konter sambil membuka gulungan lengan kemejanya. "Benar-benar sudah sinting." Ia mendengus, menggelengkan kepala. "Moto hidupmu itu benar-benar 'apa yang kuperoleh hari ini, habis untuk hari ini, kebutuhan untuk besok dipikirkan besok saja', begitu ya? Dasar tidak ada otaknya. Mau sampai kapan sih kau hidup begini?"
"Terus harus bagaimana lagi?" Ye Eun menoleh, mengayunkan piring yang sedang ia cuci sampai busanya terciprat ke mana-mana. "Coba katakan aku harus apa! Ye Ah belum bayar uang sekolah. Aku tak mau adikku satu-satunya putus sekolah!"
"Kau harus terus terang pada orangtuamu."
"Tidak mungkin," katanya, kembali menghadap ke bak cucian. Menggosokkan sponsnya sekuat tenaga.
"Kenapa tidak mungkin?"
"Aku sudah bohong banyak sekali."
"Kalau begitu mulailah dari kebohongan yang pertama," kata Ji Won. "Bilang pada mereka kalau sebenarnya kau belum lulus kuliah. Katakan pada mereka kalau kau dengan tololnya cuti setahun gara-gara tergiur untuk training di agensi kecil yang tak jelas asal-usulnya, lalu seperti yang sudah teman baikmu duga, agensi itu bangkrut sebelum kau sempat debut dan akhirnya hidupmu luntang-lantung seperti gelandangan."
"Moon Ji Won, berhenti membahas itu!"
"Oh, yang benar saja! Aku tidak akan berhenti membahasnya sampai akhir hayatku. Aku sudah mengingatkanmu ratusan kali tapi kau tak mau dengar. Sudah kubilang kau terlalu tua untuk jadi idol. Jaman sekarang, agensi mencari anak umur 12 tahun bukannya 22. Sekarang lihat akibatnya! Kau mungkin satu-satunya angkatan kita yang tersisa di kampus."
"Aku yakin ada orang lain. Lagian semester depan juga lulus."
"Kalau kerjaanmu cuma begini, memangnya mampu bayar kuliah semester depan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Bride
VampirKetika seorang vampir masuk ke dalam hidupmu dan mengubah segalanya... Author : Salsa