Sudah hampir jam sembilan ketika Ye Eun membuka mata pagi itu. Posisinya terasa amat nyaman sampai-sampai ia memutuskan untuk memejam beberapa menit lagi. Gadis itu mengira Yuta masih tidur, tetapi tiba-tiba suaranya terdengar.
"Hei."
Ye Eun kontan membuka mata dan menoleh secepat kilat. "Hei."
"Aku melihatmu buka mata tadi, jadi..."
"Yeah. Aku sudah bangun."
"Yeah."
Ye Eun menelan ludahnya dan menatap langit-langit. Canggung dan gugup. Tak tahu harus apa.
Sampai akhirnya suara Yuta kembali terdengar.
"Shin Ye Eun."
"Ya?"
"Maaf, tapi..., sebanyak apa pun aku menyukai ini, aku tak bisa merasakan tanganku."
Ye Eun mencoba memahami maksud pria itu sebelum ia sadar kepalanya terbaring di lengan Yuta alih-alih di bantal. Ye Eun langsung melonjak bangun.
"Maaf."
Yuta tersenyum. Dan Ye Eun bisa merasakan dirinya ikut tersenyum.
"A-aku harus siap-siap ke restoran."
"Oke."
Ye Eun turun dari tempat tidur dan berjalan terburu-buru menjangkau kenop pintu.
"Shin Ye Eun."
Gerakan tangannya terhenti.
"Kuantar, ya."
"T-tapi kamarku cuma di atas..."
"Bukan, maksudku ke restoran."
"Oh!" Ye Eun merasa konyol sekali. Tentu saja maksudnya ke restoran. Ye Eun tertawa canggung. "Oke."
**********
Ye Eun tidak mengambil tiga jam waktu tambahannya sore itu. Ji Won masih di perjalanan pulang dari Anyang dan Ye Eun terpaksa harus bicara langsung dengan manager mereka supaya bisa pulang duluan. Donghyuck mengamatinya dari balik kasir sementara gadis itu memohon-mohon, mengarang keadaan darurat sembari menyelipkan janji-janji manis.
"Huaaa terima kasih. Besok saya akan datang lebih pagi."
Ye Eun melompat kegirangan, berlari ke belakang sambil buru-buru melepas apronnya.
"Yah! Kau diizinkan pulang?" Donghyuck berteriak tak terima, yang cuma dibalas dengan cengiran lebar oleh sang rekan kerja.
Ye Eun bergerak begitu cepat. Bak angin ia mondar-mandir merapikan peralatan dapurnya sebelum menyambar mantel dan melesat keluar sambil menyandang tas.
Yuta yang sudah menunggu di taman langsung berdiri begitu melihat Ye Eun berlarian ke arahnya sambil kerepotan memakai mantel.
"Boleh?"
"Boleh, tapi besok harus datang jam 7."
"Jam 7?" Yuta setengah berteriak. Itu pagi sekali.
"Ya. Ayo!" Namun Ye Eun sama sekali tak peduli—belum, tepatnya, urusan besok biar dipikirkan besok. Ia menggandeng tangan Yuta dan menyeretnya pergi.
Sebenarnya, ide jalan-jalan ini baru terpikir tadi pagi, tepatnya saat Yuta mengantarnya berjalan ke restoran. Ye Eun bilang dia kehabisan deterjen dan Yuta menawarkan diri untuk membelikannya di supermarket. Lalu tiba-tiba saja gadis itu mencetuskan ide untuk belanja bersama di Times Square. Karena Times Square tutup pukul sepuluh, Yuta menyarankan untuk pergi hari Sabtu saja. Tapi ini masih hari Selasa dan Ye Eun tak punya cukup kesabaran untuk menunda agenda grocery shopping-nya sampai Sabtu. Maka satu-satunya cara adalah pulang lebih awal. Setidak-tidaknya jam tujuh. Dan ya, Ye Eun berhasil keluar jam tujuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Bride
Про вампировKetika seorang vampir masuk ke dalam hidupmu dan mengubah segalanya... Author : Salsa