#10 (Salah paham)

107 9 0
                                        

Ye Eun membelitkan rantai tasnya erat-erat ke tangannya, sementara matanya memicing geram ke proyektor tak bersalah di depan kelas. Kejadian pagi ini masih terus terbayang di kepalanya. Bukankah Ji Won berkali-kali mengatakan bahwa Yuta tidak menarik? Bahwa mukanya berbentuk heksagon? Bahwa pria itu benar-benar kurang ajar? Bukankah Yuta juga memikirkan hal yang sama? Bukankah dia selalu sinis pada Ji Won? Bahkan ia bertanya 'siapa Ji Won' kemarin pagi dengan tampang tak acuh? Lalu kenapa tiba-tiba mereka jadi sedekat itu?



Ye Eun menyesal sudah ketiduran duluan sebelum Ji Won. Dia benar-benar penasaran apa yang terjadi semalam. Apa Yuta keluar lagi? Apa mereka mengobrolkan sesuatu? Sejak kapan Ji Won tidur di kamar Yuta? Apa ia sungguh tidur di kamar Yuta? Atau apa? Sebenarnya apa yang mereka lakukan?



Setelah kelasnya usai, Ye Eun baru sadar bahwa tangannya masih terbelit rantai tas. Hati-hati ia melepasnya, meninggalkan bekas lilitan serta denyutan menyakitkan di kulit tangannya. Ia beranjak keluar kelas sambil mengecek ponsel dengan tangannya yang berdenyut itu, notifikasi pesan dari Ji Won terpampang di layar, seperti biasa menyuruhnya agar sampai ke restoran sebelum jam makan siang.



Ye Eun memutar mata melihat pesan itu. Dia tak mau begitu saja diperintah oleh Ji Won—walaupun sebenarnya ia tahu Ji Won merupakan atasannya, dan gadis itu punya segala hak untuk memerintah dirinya, tapi uhh.. tidak, tidak sekarang. Jadi, alih-alih pergi ke restoran, sebagai bentuk pemberontakan Ye Eun justru pergi ke supermarket plus, membeli tiga bungkus mie instan, menyeduhnya, dan memakan tiga-tiganya di situ. Ia makan perlahan-lahan sambil merenung dengan tampang kecewa, lantas menemukan selusin kejanggalan di acara movie marathon semalam.



Dia bersumpah melihat Yuta flirting dengan Ji Won dari ekor matanya, mereka saling menyeringai dan tersenyum di film pertama.



Dia juga bersumpah melihat Yuta mengulurkan kakinya ke sofa tempat mereka duduk, mungkin menyentuh kaki Ji Won dari balik selimut tanpa sepengetahuannya.



Semakin dipikirkan, semuanya mulai masuk akal—atau setidaknya itulah yang Ye Eun rasa. Gadis itu membuat teori sendiri berdasarkan apa yang diingatnya.



Bukankah Yuta keluar kamar sambil membawa kertas dan pena? Mungkin ia menulis, 'bisakah kau ke kamarku setelah cewek itu tidur?', kemudian memberikannya pada Ji Won. Ji Won membacanya dan mereka saling melempar seringai penuh arti. Ji Won kemudian menjawab 'tentu saja, siap-siaplah di kamar', lalu Yuta pura-pura mengantuk padahal dia sedang bersiap-siap di kamar.



Darah Ye Eun mendidih karena analisa berlebihannya sendiri. Gadis itu tahu kemungkinannya untuk keliru amatlah besar, tapi kepalanya benar-benar tak bisa berpikir jernih sekarang. Ia bertahan di supermarket sampai jam lima sore, menganalisa lebih banyak kejadian dan membuat dirinya makin marah lagi. Lantas pulang ke rumah Yuta dengan kepala yang diisi teori-teori konyol dan hati yang dipenuhi dendam.



"Kukira kau pulang jam sepuluh?" Yuta menyambutnya di ruang tengah, sedang menyemprotkan pengharum ruangan berbau lavender dengan kuantitas berlebihan.



Ye Eun benar-benar tak tahan dengan baunya dan langsung menutup hidung. Dia mau meracuniku, ya? Dia mau aku mati supaya bisa tinggal berdua dengan Ji Won, begitu?



"Kenapa kau tidak bersama Ji Won?" tanya Yuta lagi.



Ye Eun menyeringai dan memandangnya mencela. "Kenapa? Kau kecewa dia tidak pulang cepat?"



"Tidak, aku cuma.."

"Yeah, simpan untuk dirimu sendiri," potong Ye Eun, berjalan cepat ke lantai dua.



Vampire BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang