Kesadaran Ye Eun belum sepenuhnya terkumpul saat sinar matahari masuk lewat kisi-kisi dan jatuh tepat di wajahnya. Ia mengerjap sambil meregangkan tangan, lantas terbelalak dan melonjak bangun begitu sadar dirinyalah yang justru berada di kasur busa.
Sama seperti kemarin, Yuta sudah menghilang dari kamar.
Ye Eun mengambil ponselnya untuk melihat jam berapa sekarang, namun pesan masuk dari Ji Won mengalihkan perhatiannya.
APA!! Ya ampun cecunguk itu!! Kau ingin aku ke sana dan menghajarnya untukmu?? – Ji Won
Ye Eun langsung membalas.
Ini aneh, tapi aku bangun di kasur.
Pesannya dibalas cepat sekali.
DIA MENGANGKATMU KE KASUR???? – Ji Won
Sepertinya begitu? Aku tidak pernah berjalan sambil tidur, dan misalkan aku pindah sendiri, aku yakin walaupun sedikit aku pasti ingat. Tapi aku tidak ingat apa-apa.
Wah, tuan muda Nakamoto. Tapi kau baik-baik saja, kan? Dia tidak melakukan apa-apa padamu? – Ji Won
Ye Eun menoleh pada bantalnya yang masih tergeletak di lantai. Hatinya mencelos.
Aku yakin dia tidak melakukan apa-apa. Dia tidur di lantai semalaman.
Ye Eun menggenggam erat ponselnya dan bangkit berdiri dengan dada bertalu-talu. Yuta mengangkatnya ke kasur dan menggantikan posisinya di lantai. Ye Eun tak bisa berhenti memikirkan itu sampai perutnya dipenuhi kupu-kupu. Ia keluar kamar dengan wajah memerah dan merasa konyol bukan main. Bagaimana bisa perasaannya terus berubah-ubah tiap lima jam sekali? Sesaat dia menatap Yuta dan berpikir 'aku bersedia melakukan apa pun untukmu', lalu tak lama kemudian ia menatap orang yang sama dan berpikir 'aku akan melempari muka menyebalkanmu itu dengan batu'.
"Kau lihat Yuta?" tanya Ye Eun langsung, tepat setelah ia melihat Ye Ah keluar dari kamarnya dengan seragam sekolah.
"Ya. Dia di ladang."
"APA?"
"Tadi saat aku mau mandi, aku melihatnya mengambil cangkul dan pupuk di gudang belakang."
"Bersama ayah?"
"Tidak." Ye Ah menutup ritsleting tasnya dan menyandangnya di bahu. "Ayah baru menyusulnya sepuluh menit yang lalu."
"Huh? Maksudmu dia ke ladang duluan?"
"Ya."
Yuta bermaksud menghindarinya. Itu jelas sekali. Tanpa sadar wajah Ye Eun sudah mengeras bak tanah liat. Dalam sekejap, suasana hatinya berantakan lagi. Yuta membuatnya berubah dari tersipu ke kecewa hanya dalam sepuluh detik. Luar biasa.
"Eonnie," panggil Ye Ah.
Dengan malas Ye Eun kembali menoleh padanya. "Apa?"
"Suamimu itu kerja apa sih sampai sekaya itu? Rumah kalian di Seoul pasti besar sekali, ya?"
"Kenapa tiba-tiba tanya begitu?"
"Tidak apa-apa. Cuma... tadi pagi dia agak pincang saat berjalan, punggungnya juga lebih bungkuk. Kakak ipar jelas sedang menahan sakit. Aku jadi berpikir apa kasur busa kita sebegitu tidak nyamannya? Biasanya dia tidur pakai spring bed mahal, kan? Pasti tidak nyaman sekali di sini." Ye Ah mengakhiri kalimatnya dengan desahan iba sebelum tiba-tiba menoleh pada Ye Eun dan memicing penuh selidik, "Kau tidak menyuruhnya tidur di lantai, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Bride
VampireKetika seorang vampir masuk ke dalam hidupmu dan mengubah segalanya... Author : Salsa