Ji Won muncul dari balik tirai kira-kira tiga jam kemudian. Wajahnya berseri-seri, berbanding terbalik dengan dua pria di hadapannya yang nampak kusut sekali karena terlalu lama menunggu.
"Apa Nona Pengantin sudah menemukan gaun yang dia suka?" tanya Yanan seraya menegakkan posisi badannya.
Ji Won mengangguk-angguk, kemudian bertanya dengan suara kelewat antusias. "Kalian sudah siap?"
"Siap apa?" tanya Yuta.
"Melihatnya."
"Kenapa kami harus siap?" sahut pria itu muak. "Kalau memang sudah selesai ya cepatlah keluar!"
"Ya ampun! Baru saja aku mulai menyukaimu, sekarang kau sudah bertingkah menyebalkan lagi."
Yuta memutar mata. "Bukan kau yang harusnya menyukaiku, jadi aku tak peduli."
Ji Won terlihat begitu terhina. Yanan mendesah melihat situasi ini dan segera berdiri untuk menengahi.
"Kami tak sabar menunggu temanmu dengan baju pengantinnya. Kami sudah menunggu tiga jam jadi.. yeah, kami jelas agak kelelahan, kan? Apalagi Yuta. Dia baru saja pulang dari Jeonnam kemarin malam."
"Aku minta dia sekalian dirias karena kau bilang pernikahannya hari ini. Jadi wajar kan kalau agak lama sedikit?" ujar Ji Won sewot, tak lupa melirik Yuta penuh kebencian. Yuta balas meliriknya, lantas membuang muka.
"Oh, benar. Tentu saja dia harus dirias. Maaf tak terpikir olehku," kata Yanan. "Kurasa aku dan Yuta sudah siap melihatnya. Jadi bisakah temanmu keluar sekarang?"
"Yeah, bisakah aku keluar sekarang?" teriak Ye Eun dari balik tirai.
Setengah hati, Ji Won meleret ring logam penutup tirainya ke samping dan seketika itu juga tampaklah Ye Eun dengan gaun putih gadingnya yang elegan. Wajahnya memerah dan dia tampak malu-malu. Gadis itu merasa (dan sesungguhnya memang terlihat) cantik sekali tapi Yuta cuma menatapnya dengan datar lalu berkata, "Nah, jika kau sudah selesai, bisakah cepat duduk di sini? Ada yang mau kubicarakan lagi."
Ji Won dan Ye Eun saling pandang dengan syok sebelum sama-sama menggeleng tak habis pikir. Dengan langkah perlahan, mereka lantas duduk di hadapan Yuta sambil sama-sama menahan diri untuk tidak melempari muka heksagon menyebalkannya itu dengan sesuatu. Apa sih salahnya memuji sedikit?, batin Ye Eun, masih tak terima.
Saat itu, Yanan memulai dialognya, "Aku tahu kau masih menyimpan keraguan soal pernikahan ini. Maka dari itu, untuk memastikan kalau Yuta akan menunaikan janjinya untuk memberimu uang, menyekolahkan adikmu, mengurus kebutuhan finansial keluargamu dan sebagainya, kupikir sebaiknya kita menuangkan ini dalam perjanjian tertulis," kata Yanan sembari menyodorkan selembar kertas kosong pada Ye Eun. "Kau bisa menulis apa-apa saja yang kau inginkan dari Yuta dan kalian akan menandatanganinya bersama."
"Apa kau juru bicaranya?" tanya Ji Won seraya melirik Yuta sinis. Gadis itu benar-benar tak tahan melihat Yuta hanya bersandar di kursinya sambil bersedekap angkuh selama Yanan bicara. "Lalu di mana si muka mabuk itu? Biasanya kalian selalu bertiga."
"Pertama-tama," Yanan mendesah. "Aku bukan juru bicara Yuta, tapi temannya. Dan seperti yang kubilang, Yuta sedang sangat lelah karena perjalanannya ke Jeonnam kemarin. Dia melakukan banyak sekali hal melelahkan di sana dan kau tak mengerti kondisinya sekarang." Ji Won teringat perkataan Ye Eun soal Yuta yang sedang sekarat dan tiba-tiba saja jadi merasa bersalah. Mungkin seharusnya dia tak perlu sekasar itu pada orang yang sebentar lagi mati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Bride
VampiroKetika seorang vampir masuk ke dalam hidupmu dan mengubah segalanya... Author : Salsa