Kekecewaan yang dirasakan Ye Eun bertahan lebih lama dari yang seharusnya. Pukul Sembilan malam, Ye Eun berbaring di kamarnya, memandangi tangan kirinya yang memerah karena insiden kopi di bandara Gwangju dan berpikir sejak kapan tangannya itu nampak begitu kesepian. Apa ia benar-benar harus disiram kopi dulu baru bisa digenggam Yuta lagi? Apa hidupnya sungguh semenyedihkan itu?
Saat itu, notifikasi pesan di ponselnya berbunyi. Dari Ji Won.
KATAMU 4 HARI, KAN? KOK SUDAH PULANG? AKU MASIH DI ANYANG – Ji Won
Ye Eun terbeliak dan langsung melonjak ke posisi duduk.
SEDANG APA KAU DI ANYANG?
Kau ingat See Ra mau sekolah asrama di Anyang? Aku sedang urus administrasinya – Ji Won
See Ra adalah adik ketiga Ji Won dan ya, tentu ia ingat See Ra mau daftar sekolah di Anyang, tapi tidak, ia tidak tahu kalau pendaftarannya sekarang.
Lalu aku tidur dengan siapa?? Kamarku jadi 10 kali lipat lebih seram setelah ditinggal 3 hari!!!
Ye Eun mendecak, memandangi perabot antik di sekelilingnya dengan perasaan waswas dan bergidik sendiri. Serangan rasa takut berkumpul dan beriak di dasar perutnya. Kalau Ye Eun tidak terus-terusan dihantui mimpi buruk setiap kali ia memejamkan mata di ruangan ini, mungkin ia tidak akan sepenakut sekarang. Tapi masalahnya, Tuhan tahu mimpi buruk soal kelelawar bodoh dan ruangan gelap yang kenopnya terbuat dari zamrud itu akan mendatanginya lagi, tiap malam, konsisten, terus-menerus, seolah mimpi itu permanen.
Ponselnya berbunyi lagi. Ye Eun menggeser kursornya untuk membaca pesan dari Ji Won.
Kalau kau benar-benar takut, ada Yuta di bawah.
Ye Eun membaca pesan itu dua kali lagi sebelum mendenguskan tawa tak percaya.
"Sudah gila, ya?!" Ia berseru pada layar ponselnya. "Kecuali ada angin topan yang tiba-tiba muncul di kamarku, aku tidak akan menjatuhkan harga diriku sejauh itu dan masuk ke kamar Yuta. Tidak akan pernah."
**********
Ye Eun mencium lengan dan bahunya sekali lagi sebelum kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Ia sudah menyemprotkan parfum Chanel Coco Mademoiselle dan membuat tubuhnya beraroma campuran mimosa dan vanili. Ye Eun sendiri tak mengerti kenapa ia melakukan itu, kenapa ia menyemprotkan parfum, kenapa ia merasa harus wangi hanya untuk menumpang semalam di kamar Yuta.
Ya, dia turun ke bawah, hendak mengetuk pintu kamar Yuta.
Dan tidak, tidak ada angin topan yang tiba-tiba muncul di kamarnya.
Hanya rasa takut.
Tok Tok
Ye Eun menjauhkan tangannya dari pintu dan menelan ludah. Lalu mengulanginya beberapa kali lagi karena tak mendapat respons.
Dan akhirnya, di ketukan kelima, Yuta membuka pintu. Yuta yang jelas-jelas sudah tidur itu memandangnya dengan mata menyipit, setengah sadar.
"Boleh aku tidur di sini?" tanya Ye Eun, dengan suara serak seolah tenggorokannya tersumbat bola tenis.
Yuta mengernyit. "Kau mau kita tukar kamar?"
"Tidak," sergahnya langsung. "Maksudku bersama."
"Bersama?"
"Y-ya." Ye Eun menelan ludahnya lagi, "tidur... bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Bride
VampireKetika seorang vampir masuk ke dalam hidupmu dan mengubah segalanya... Author : Salsa