#20 (Mutual feeling)

94 10 1
                                        

Kebahagiaan yang dirasakan Ye Eun setelah agenda belanja bulanan—sekaligus kencan bersama Yuta—di Selasa malam telah lama menguap. Selagi hari demi hari berlalu (yang cuma ia habiskan dengan bekerja dan kuliah), hubungannya dengan Yuta tampaknya kembali lagi seperti semula, kembali menjadi deretan keambiguan dan perasaan hampa yang tak berujung.



Semenjak pulang dari Times Square, mereka nyaris tak pernah bicara. Sebenarnya, tiap ada kesempatan, Ye Eun terus mencoba mengajaknya bicara, tapi Yuta entah mengapa selalu menghindar. Dan berhubung Ji Won masih setia menemani gadis itu tidur tiap malam, maka tak ada alasan bagi Ye Eun untuk masuk ke kamar Yuta lagi. Tak ada alasan untuk dekat dengannya lagi.



Situasi ini benar-benar aneh, terutama bagi Ye Eun. Yuta bersikap seolah apa yang terjadi dua hari kemarin tak ada artinya. Seolah jika Ye Eun mau mengobrol atau menyentuhnya dengan bebas lagi, maka ia harus mengulang segalanya dari awal. Melalui fase-fase ganjil, tarik ulur bak layang-layang dan saling meneriaki lagi. Ye Eun penasaran setengah mati apa yang akan terjadi jika saja Ji Won tak datang malam itu. Akan sejauh apa Yuta membawanya?



Malam itu, tepatnya saat Ji Won tiba-tiba melonjak bangun, menjerit dan menangis histeris dengan ekspresi ngeri, Ye Eun akhirnya tahu sudah saatnya ia melepas Ji Won dari rumah ini. Ye Eun bergegas menyalakan lampu dan Ji Won memandangnya beberapa saat dengan matanya yang bengkak menghitam, bersimpuh di ranjang, gemetar. Kemudian tampaknya ia menguasai diri.



"Maaf Ye Eun~a, maafkan aku, kau tahu aku sangat menyayangimu, kan?" katanya parau, "tapi aku benar-benar tak sanggup harus dihantui mimpi seperti ini tiap hari."



Ye Eun merasa hatinya berhenti berdetak mendengar Ji Won bicara seperti itu. Semua ini salahnya. Ji Won sebenarnya tidak perlu tinggal di sini lagi sejak beberapa lama, tapi dirinya terlalu egois untuk membiarkan sahabatnya itu pergi. Dia merangkak ke hadapan Ji Won dan menggenggam tangannya erat-erat. "Aku mengerti."



"Maafkan aku."

"Tidak. Jangan minta maaf. Sebenarnya aku yang harus minta maaf."

"Apa maksudmu?" Ji Won mengernyit.

"Moon Ji Won, aku senang tinggal denganmu, aku tak mau kau pergi, jadi aku tak pernah bilang."



"Bilang apa?"

"Maafkan aku."

"Maaf kenapa?" Gemetar di tubuh Ji Won berangsur-angsur menghilang. Sekarang dia lebih terlihat kesal dibanding takut. "Bilang apa? Bicaralah yang jelas!"



"Aku sudah tidak mimpi buruk lagi."



Ji Won tertegun. Ia memandang Ye Eun sejenak sebelum menghela napas lega. Itu adalah berita baik baginya. "Baguslah. Sejak kapan?"



"Sepulang dari Jeonnam," jawab Ye Eun. "Waktu itu aku tidur di kamar Yuta dan..."

"KAU TIDUR DI MANA?!" Ji Won berteriak memotong ucapan Ye Eun sampai gadis itu berjengit kaget.



"Yah! Kau yang menyuruhku tidur di kamarnya." Ye Eun membela diri. Memegangi dadanya yang berdebar akibat terkejut.



"Sudah gila, ya? Kapan aku menyuruhmu begitu?"

"Di SMS!! Kau bilang 'kalau kau benar-benar takut, ada Yuta di bawah'. Perlu aku tunjukkan SMS-nya?"



"Ya ampun, maksudku, kalau misalnya kau mimpi buruk lagi, atau kau benar-benar takut sampai tak bisa tidur, kau harus ingat bahwa kau tidak sendirian, karena ada Yuta di bawah."



Vampire BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang