Itu malam yang indah. Nuansa kamar yang baru, percakapan sebelum tidur yang rapuh, serta suara-suara malam yang terdengar lebih jelas membuat hati Yuta tenteram. Untuk sesaat ia mengira ia bisa menghabiskan sisa malamnya persis seperti itu, sampai akhirnya hari Jumat tiba dan Ye Eun benar-benar menggila. Gadis itu tak terkontrol. Ia menjerit, menangis, meraung dan mengguncang tubuh Yuta, memaksanya melakukan ritual seperti orang kesetanan. Ia bergelung di lantai sambil memosisikan gunting menuding di perutnya dan mengancam akan bunuh diri. 'Kalau kau mati, aku juga akan mati'. Ye Eun benar-benar kesurupan malam itu dan rasanya masih seperti mimpi bagaimana Yuta pada akhirnya mampu menenangkannya. 'Bukan malam ini,' katanya, memeluk Ye Eun dan membisikkan hal-hal yang membuatnya tenang, hal-hal yang ingin ia dengar, lalu menggiringnya menuju alam mimpi. Itu hari yang melelahkan bagi Yuta dan ia tak yakin dirinya mampu melewati hari esok—karena besok adalah harinya, dan ia yakin Ye Eun akan lebih tak terkontrol lagi.
Dan benar saja. Ye Eun benar-benar di luar kendali. Dia berteriak 'aku tak mau kau mati' dan Yuta balas berteriak 'ini juga bukan mauku' dan mereka saling meneriakkan omong kosong seolah itu akan mengubah apa pun.
Malam semakin larut dan Yuta akhirnya meneleportasi Ye Eun bersamanya ke rumah Ji Won. Jika Yuta tak bisa menangani Ye Eun dalam kondisi ini, ia berharap Ji Won bisa.
"Tunggu, memangnya kau mau ke mana?" tanya Ji Won bingung setelah Yuta menyerahkan Ye Eun yang benar-benar berantakan dan hilang akal ke sisinya.
"Tempat yang jauh."
"Sampai kapan?"
"Aku tak tahu," desah Yuta. "Pokoknya apa pun yang terjadi tolong awasi Ye Eun. Jauhkan dia dari benda tajam dan jangan biarkan dia pulang ke apartemennya dulu."
"Ya ampun, sebenarnya ada apa sih? Kau membuatku takut."
"Aku tak bisa menjelaskannya." Yuta lalu mengeluarkan dompet dari saku belakang jinsnya dan tanpa basa-basi langsung memberikannya pada Ji Won. "Aku sudah tak membutuhkan ini."
"Huh?"
"Kau harus menyetorkan semua uang di dalam sana ke rekeningmu sebelum tengah malam."
"Ke rekeningku?" ulang Ji Won tak mengerti. "Uangnya untukku?"
"Ya."
"Kenapa?"
"Karena aku memberikannya padamu."
"Tapi..."
"Moon Ji Won, terima kasih banyak. Tapi aku tak punya waktu lagi. Aku harus pergi," kata Yuta genting. Kemudian ia mengucapkan selamat tinggal pada Ye Eun dan benar-benar pergi.
Yuta tak mengira pertemuan terakhirnya dengan Shin Ye Eun akan terjadi seperti itu, tapi memang begitulah akhirnya. Ia kembali ke apartemen dan mengganti bajunya dengan kemeja salmon yang dibelikan Ye Eun di Jeonnam. Ia mencuci rambutnya, menyisirnya rapi ke belakang, lalu duduk di ujung ranjang dengan gelisah.
Yuta tak tahu bagaimana sikap yang tepat untuk menghadapi kematian. Ini pertama kalinya ia menjadi debu. Semakin lama menunggu, rasa takutnya menjadi semakin brutal. Ia membayangkan tubuhnya dirobek paksa dari dalam dan akan terus dirobek-robek lagi sampai seukuran partikel debu. Ia membayangkan semua itu dan merasakan tangannya mulai gemetar.
Pada akhirnya, Yuta memilih membaringkan diri di ranjang dan memaksa tubuhnya untuk tidur, berharap dengan begitu rasa sakitnya lebih bisa ia tolerir, atau mungkin, jika beruntung, ia bisa saja tidak merasakan apa-apa sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Bride
VampireKetika seorang vampir masuk ke dalam hidupmu dan mengubah segalanya... Author : Salsa