Oktober, 2018
Dia langsung mendapat semua perhatian orang-orang yang berada di sana bahkan saat baru turun dari mobil mewahnya. Laki-laki itu terlihat tak terusik dengan semua perhatian yang mengarah pada dirinya, terlihat sudah biasa dengan hal itu. Cara jalannya cukup angkuh, namun bagi perempuan-perempuan yang melihatnya menganggap itu hal yang keren. Mata hitam kelamnya sungguh memikat sekaligus menyimpan banyak rahasia. Ya, laki-laki itu memang terkenal dengan kemisteriusannya, dan itu adalah salah satu daya tariknya.
Karena wajah dinginnya, tatapannya yang tajam, serta perilaku yang kejam terhadap siapapun yang mengusiknya, membuat dirinya menjadi orang yang ditakuti di sekolah. Ditambah lagi dengan fakta bahwa dirinya merupakan ahli waris dari pemilik perusahaan besar dan paling berpengaruh di Amerika. Dan menghancurkan hidup orang lain bukanlah hal sulit untuk ia lakukan.
Itu yang membuat orang-orang takut mendekati dirinya atau bahkan menjadi temannya.
''FAREL!!!'' ya, mungkin pengecualian untuk satu orang. ''FAREL ARISTO SMITH!!!"
Laki-laki bernama Farel itu seolah menulikan telinganya dan terus melangkah menuju kelasnya -kelas 12-IPA 1- seperti tidak ada yang terjadi. Tanpa repot-repot menoleh pun ia tahu siapa yang tengah memanggilnya dengan keras dan tidak tahu malu seperti itu.
''Astaga kau tidak mendengarku ya? Aku memanggilmu sedari tadi,'' protes gadis cantik dengan rambut sepunggung yang tergerai indah yang kini sudah berjalan di samping Farel dengan napas terengah-engah.
Matanya menelisik kaki Farel yang kini berjalan di depannya. Ia kesulitan mengimbangi langkah kaki Farel yang begitu panjang. Menghela napas sejenak, setelah itu ia berlari kecil hingga kembali berhasil menyusul Farel.
Rasanya seperti sedang berolahraga saja. Gerutu gadis itu dalam hati.
''Farel, apa kau sudah menyelesaikan tugas Fisika?" tanyanya sambil menyelipkan poninya yang mulai memanjang ke belakang telinga.
''..." Namun hanya kesunyian yang didapatinya. Selain dingin dan selalu berekspresi datar, Farel juga irit bicara.
''Astaga, untuk apa aku menanyakannya ya, murid paling pintar sepertimu pasti sudah menyelesaikannya jauh-jauh hari hahaha.''
Farel melirik ke arah gadis yang berjalan di sampingnya itu, gadis yang dulu mengulurkan tangannya yang gemetaran saat mengajaknya berkenalan. Semenjak mereka berdua berada di kelompok yang sama, entah mengapa gadis itu mulai menempelinya bagaikan parasit.
Awalnya ia mengira jika gadis bernama lengkap Feny Evita Estefani itu hanya ingin memanfaatkannya saja, bahkan ia hampir memerintahkan orang kepercayaan ayahnya untuk melenyapkan Feny. Namun untung saja hal itu tak jadi ia lakukan.
Suatu hari, ia pernah datang ke sekolah dengan wajah lebam di bagian pipi, dan Feny langsung menangis saat itu. Terlihat sangat takut dan... begitu tulus mengkhawatirkannya. Hal itu yang membuatnya yakin jika Feny bukanlah orang yang patut ia perlakukan kasar.
Terbukti memang sampai sekarang ia merasa tak dimanfaatkan sama sekali, malah ia merasa sudah merusak kehidupan gadis itu. Karena berteman dengan dirinya, Feny dijauhi orang-orang dan tidak memiliki teman selain dirinya dengan alasan takut dengan Farel yang selalu ditempelinya ke mana-mana.
Sesampainya mereka di kelas dan duduk di kursi yang berdampingan, Farel segera mengeluarkan buku mata pelajaran pertama dan membacanya dengan tenang. Hal yang sama juga dilakukan Feny.
Sebagai dua orang yang duduk sebangku, mereka berdua memiliki beberapa kesamaan. Sama-sama memiliki paras yang menarik, termasuk siswa teladan, serta menduduki posisi top dua murid paling pintar dan berprestasi di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Always Beside You
Teen FictionPENGUMUMAN!!! Cerita ini awalnya berjudul ''Love and Loyalty''. Dan sekarang mengalami perombakan, ada banyak bagian yang berbeda, namun inti cerita tetap sama. ***** Berawal dari rasa penasaran, hingga akhirnya kini ia merasa harus terus berada di...