Part 16

30 9 8
                                    

Feny bersorak gembira ketika nama timnya dinyatakan menduduki peringkat pertama dalam babak penyisihan. Walau itu baru babak penyisihan, tapi bagi Feny, ia merasa perjuangan timnya benar-benar terbayarkan. Usahanya selama sebulan ini tak sia-sia.

Adrian yang melihat ekspresi Feny ikut merasa senang. Gadis itu rasanya mudah sekali merasa senang. Adrian yakin jika Feny sudah berkali-kali memenangkan olimpiade baik secara tim maupun individu. Tapi lihat sekarang, ia terlihat seperti baru pertama kali merasakannya, dan ia terlihat sangat bangga dengan itu.

Begitupula dengan Farel, ia juga merasa senang dengan pencapaian yang diperoleh di timnya tersebut. Walaupun dibandingkan dengan olimpiade sebelumnya, Farel merasa begitu kurang suka dengan timnya kali ini.

Ia begitu menahan diri untuk tidak menonjok wajah milih laki-laki bernama Adrian tersebut setiap kali melihat wajahnya. Setiap tindakannya mendekati Feny, terlihat seakan itu untuk memprovokasinya. Bahkan beberapa kali ia menangkap perilaku laki-laki itu sengaja merebut perhatian Feny darinya.

Rasanya benar-benar menjengkelkan.

Dan lolosnya mereka pada babak penyisihan, itu tandanya ia dan Feny akan lebih lama bertemu dengan Adrian.

Sebenarnya bisa saja ia sengaja membuat timnya itu kalah, dengan itu ia tak perlu berlama-lama berurusan dengan Adrian. Namun ia sadar, betapa Feny sangat menginginkan masuk ke Navain University. Dan olimpiade tersebut pastinya akan memudahkan jalan Feny untuk ke sana.

Ya, setidaknya ia perlu bersabar lebih lama lagi, demi Feny.

''Sepertinya kita harus merayakan ini,'' ucap Feny dengan mata berbinar memandang dua rekannya itu. Saat ini mereka tengah jalan beriringan keluar dari gedung Fakultas Kedokteran Universitas Navain.

''Idemu boleh juga. Aku setuju,'' balas Adrian tak kalah semangat.

Feny menoleh ke arah Farel dengan senyuman lebar. ''Bagaimana menurutmu, Farel?''

''Tidak ada perayaan apapun.'' Farel mengatakan itu dengan nada tenang dan juga santai. Hal tersebut mampu melunturkan senyum Feny begitu saja.

Gadis itu memandang Farel dengan tatapan sedih. ''Kenapa? Kita kan sudah bekerja keras dan meraih hasil yang sangat bagus meski ini baru babak penyisihan. Wajar kan jika ini harus dirayakan?''

Farel menghentikan langkahnya. Membuat Feny dan Adrian melakukan hal yang sama, meski mereka sendiri tak mengerti mengapa Farel memilih untuk berhenti di sana, di tengah banyak orang berlalu lalang.

Farel menatap Feny, tangannya terulur dan mengelus lembut puncak kepala gadis itu. ''Yang kau butuhkan itu bukan perayaan, melainkan istirahat.''

Feny sempat terpesona dengan perlakuan Farel yang begitu manis kepadanya. Jangan lupakan suaranya yang berubah begitu lembut. Hal tersebut tentu berefek pada jantung Feny yang bekerja semakin cepat.

''Tapi aku baik-baik saja,'' balas Feny yang masih kukuh dengan idenya.

''Kau kelelahan,'' kata Farel seolah-olah ia lebih mengerti kondisi fisik Feny dibandingkan dengan sang pemiliknya sendiri.

''Farel benar Feny, sebaiknya kau istirahat saja. Kita masih harus melewati empat babak lagi sebelum benar-benar dinyatakan menang. Alangkah lebih baiknya jika energimu itu disimpan untuk melewati itu semua. Perayaan adalah hal yang mudah, kita bisa melakukannya di lain waktu. Well, kita kan sudah pasti menang.''

Mendengar jika Adrian tak lagi mendukungnya, Feny pun memutuskan untuk menuruti perkataan Farel saja.

''Baiklah kalau begitu, ayo kita pulang.''

I Always Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang