''Seluruh siswa dan guru SMA Galaxy diharapkan berkumpul dan berbaris dengan rapi di lapangan sekolah. Sekali lagi, seluruh siswa dan guru SMA Galaxy diharapkan berkumpul dan berbaris dengan rapi di lapangan sekolah, sekian terima kasih.''
Pengumuman tersebut membuat kelas Feny ribut, karena tidak satu pun dari mereka yang tahu tujuan dari pengumuman tersebut. Bahkan sang guru pengajar pun nampak bingung dan juga heran. Walaupun begitu beliau bersikap tenang sambil menyuruh seluruh muridnya untuk segera berkumpul di lapangan.
Mereka pun keluar dari kelas sambil mengeluh. Siapa yang tak akan mengeluh jika tiba-tiba mereka diperintahkan untuk berkumpul di lapangan di saat matahari tepat di atas kepala. Ini pertama kalinya ada perintah seperti itu.
Feny juga tak kalah bingungnya. Namun ia hanya bisa mengikuti perintah bersama Farel.
Beberapa menit kemudian semua murid dan juga guru sudah berkumpul di lapangan sekaligus berbaris dengan rapi layaknya upacara bendera yang rutin mereka lakukan setiap minggunya. Banyak dari mereka yang mengata-ngatai sang kepala sekolah karena sudah membuat mereka panas-panasan tanpa alasan yang jelas.
''Selamat siang semuanya,'' sapa Kepala sekolah sebagai pembukaan. ''Maaf karena sudah membuat kalian panas-panasan saat ini, tapi Bapak punya berita sedih bagi kita semua.''
Berita sedih? Suasana mendadak hening, mereka yang sebelumnya banyak mengeluh kini hanya diam, menunggu sang Kepala sekolah melanjutkan ucapannya.
''Telah berpulang ke pangkuan Tuhan murid kebanggaan kita Victoria Gloria Wijaya kelas 12-IPA2, mari kita berdoa bersama-sama agar almarhumah mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Berdoa dimulai.''
Setelah Kepala sekolah mengatakan itu, suasana bukannya menjadi khidmat, malah berubah buruk. Semuanya terkejut, ada pula yang menangis. Teman-teman baik Victoria bahkan mulai histeris.
Feny menutup mulutnya tak percaya, berita tersebut benar-benar mengejutkan. Bahkan ia sempat meragukan telinganya yang salah dengar. Tapi ketika melihat sekelilingnya, ia sadar jika ia tak salah dengar, Victoria benar-benar sudah tiada.
Gadis itu beberapa kali membuat bangga sekolah karena bakat modelingnya, tak heran jika Kepala sekolah rela mengumpulkan semuanya untuk mengumumkan kematian gadis pirang tersebut.
Sehari setelah Victoria berniat melakukan hal buruk pada dirinya, ia sudah merasa aneh karena kabar yang ia dengar bukanlah tentang kepindahan gadis itu, melainkan berita jika gadis itu menghilang.
Awalnya ia mengira jika Victoria bukanlah menghilang, ia hanya perlu menenangkan diri tanpa diketahui orang lain, merasa terpukul setelah melihat kemarahan Farel yang seperti itu wajar jika gadis itu merasa ketakutan dan butuh ketenangan. Tapi setelah beberapa kemudian ini kabar yang ia dengar.
Tapi... kira-kira apa penyebab kematiannya?
Ia menoleh ke arah Farel yang kini sedang menunduk. Apakah ia sedang berdoa?
''Farel,'' panggilnya, dan itu berhasil membuat sang mata hitam gelap itu memandangnya. ''Itu bukan kau kan?''
Walaupun terdengar ambigu, tapi Farel mengerti arah pembicaraan Feny. ''Bukan aku.'' Tapi ulah orang kepercayaanku.
''Tentu saja itu pasti bukan kau. Maaf karena sudah meragukanmu.'' Setelah itu Feny memejamkan mata dan berdoa bersungguh-sungguh untuk Victoria.
Sementara Farel kembali menunduk. Ketika tidak ada yang memperhatikannya, diam-diam ia menarik kedua sudut bibirnya.
Dan kala itu, Farel menjadi satu-satunya orang yang tersenyum manis di sana.
*****
Semua murid keluar dari kelas dengan tertib ketika bel pulang sekolah sudah berbunyi. Sementara Farel baru mulai memasukkan peralatan tulis miliknya ke dalam tas.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Always Beside You
Teen FictionPENGUMUMAN!!! Cerita ini awalnya berjudul ''Love and Loyalty''. Dan sekarang mengalami perombakan, ada banyak bagian yang berbeda, namun inti cerita tetap sama. ***** Berawal dari rasa penasaran, hingga akhirnya kini ia merasa harus terus berada di...