Melihat punggung Feny yang mulai menjauh dari hadapannya, membuat Farel tersadar akan kesalahannya. Emosi begitu menguasainya tadi hingga secara tak sadar ia sudah mengatakan kalimat menyakitkan itu.
Ia bohong, tentu saja Feny begitu berarti bagi Farel. Jika tidak, mengapa ia tak mengusir paksa gadis itu dari kehidupannya dari dulu? Ia bahkan lebih dari mampu untuk melakukannya.
''Aaaarrrrgghhhh!!!'' Farel menggeram kesal dan mengacak-acak rambut pirangnya kasar.
Ketika ia melihat sekeliling, ia menyadari tatapan orang-orang pada dirinya. Bahkan ia lihat ada yang memposisikan kamera ponsel mereka ke arahnya. Dan ia yakin mereka merekam pertengkarannya dengan Feny tadi.
''Dengar!'' seru Farel sambil menatap tanah yang dipijaknya, orang-orang ini kembali mengundang rasa amarahnya lagi. ''Jika foto atau video yang kalian ambil barusan tidak kalian hapus sekarang juga, atau bahkan jika ada yang berani menyebarkannya, kalian akan berhadapan denganku! Dan aku tidak main-main, jangan harap bisa lolos dariku.'' Saat mengucapkan itu, tatapannya beralih kepada sekelilingnya dengan tatapan tajam yang mengancam.
Setelah itu, ia berlari menuju arah di mana Feny pergi. Ia bahkan tak peduli dengan mobil mewahnya yang masih terparkir indah di parkiran sekolah.
Ia berharap Feny belum terlalu jauh pergi. Dan harapannya terkabul ketika melihat Feny duduk seorang diri di halte bus dengan tatapan kosong. Hal itu membuat Farel semakin menyalahkan dirinya, ia bahkan memanggil Feny dengan kata 'sialan' tadi. Terkutuk kau Smith!
Tak lama kemudian, bus datang dan berhenti di halte. Tatapan Farel terus mengamati Feny, bahkan ketika gadis itu menaiki bus tersebut. Tanpa berpikir dua kali, langsung saja Farel ikut menaiki bus itu dan duduk tepat di belakang Feny.
Ia mengangkat tangannya, dan memberi gestur mengusir laki-laki yang awalnya duduk di belakang terlihat melangkah mendekati Feny dan berniat duduk di sebelah Feny yang kosong. Dengan sekali lihat pun orang-orang pasti mengerti jika laki-laki itu memiliki niat buruk pada Feny. Dan Farel tidak akan membiarkannya.
Awalnya laki-laki berumur 20an itu terlihat tak ingin mengindahkan usiran Farel. Tapi saat dirinya melihat mata tajam Farel yang mengerikan dan tidak seperti tatapan anak SMA pada umumnya, membuatnya mundur teratur. Entah mengapa ia merasa hidupnya akan terancam jika terus keras kepala melanjutkan niatnya.
Fokus Farel kembali berpusat pada gadis di depannya. Kedua telapak tangan gadis itu menutup seluruh wajahnya, tubuhnya juga mulai bergetar. Namun itu hanya sekejap. Selang 5 menit kemudian, ia menegakkan tubuhnya dan menolehkan kepalanya ke arah jendela.
Sesekali salah satu tangannya terangkat menyentuh pipinya jika dirasa ada lelehan air mata lagi di sana.
Pemandangan itu terlihat sangat jelas dari tempat Farel duduk. Membuat dada Farel perih dan ngilu. Seolah ada luka tak kasat mata di sana.
Sekali lagi ia membuat gadis ceria dan baik itu kembali menangis.
Dan ia merasa sangat brengsek sekarang.
*****
Sesuai dengan apa yang diprediksi Feny kemarin, hari ini Farel ke sekolah dengan wajah lebam di bagian pelipis dan juga pipi. Semua orang bahkan guru menyadari wajahnya itu, namun tidak ada yang berani untuk sekadar bertanya.
Dan Feny sedih karena hal itu, guru-guru begitu segan pada Farel hingga tak ada yang berani membantu. Padahal itu adalah tugas mereka sebagai orang tua ketika di sekolah.
Sementara gadis itu hanya bisa diam bukan karena ia tak peduli, tapi karena kejadian kemarin yang menjadi penghambatnya. Kata-kata Farel terus terngiang di kepalanya hingga ia sulit memejamkan mata tadi malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Always Beside You
Teen FictionPENGUMUMAN!!! Cerita ini awalnya berjudul ''Love and Loyalty''. Dan sekarang mengalami perombakan, ada banyak bagian yang berbeda, namun inti cerita tetap sama. ***** Berawal dari rasa penasaran, hingga akhirnya kini ia merasa harus terus berada di...