''Silahkan dinikmati.'' Feny tersenyum ramah kepada pengunjung di cafe tempatnya bekerja.
Gadis bermata cokelat gelap itu segera menoleh ke arah pintu cafe ketika mendengar suara lonceng, tanda seseorang membuka pintu. Dan gadis cantik itu terkejut melihat seseorang yang ia kira pengunjung tersebut, karena dirinya sangat mengenalnya.
Bahkan senyuman lebar sudah tersungging di bibirnya. ''Farel!''
''Belum selesai?''
''Sebentar lagi selesai. Ada apa kau kemari? Ayo duduk.'' Feny mengarahkan Farel untuk duduk di meja yang kosong.
''Mengantarmu.''
Feny mengerutkan keningnya. ''Mengantarku pulang? Aku bisa pulang bersama kak Rei atau pulang sendiri. Kau tidak perlu repot-repot, Farel.'' Dan jangan membuatku semakin menyukaimu.
''Aku juga ingin ke toko buku setelah ini, jadi sekalian saja.''
''Benarkah? Aku boleh ikut kan? Boleh ya ...'' Tanpa sadar, Feny sudah menunjukkan wajah memelasnya dan juga mengedip-ngedipkan matanya lucu. Jurus yang selalu ia lakukan ketika meminta sesuatu kepada Rei atau mendiang orang tuanya dulu.
Farel berdehem. ''Boleh.''
''Yes!'' gadis itu terlihat begitu senang. ''Oh iya selagi menungguku, kau ingin ku pesankan apa?''
''Americano.''
''Americano satu, oke siap. Tunggu sebentar ya.''
''Si Tampan itu menjemputmu lagi?'' tanya seseorang yang entah sejak kapan sudah berada di samping Feny yang sedang menunggu pesanan Farel selesai dihidangkan.
Feny menoleh kepada teman kerjanya itu. Namanya Mita, dua tahun lebih tua darinya, dan kini gadis manis itu tengah memandangnya penasaran. ''Iya, aku juga tidak tahu kenapa dia menjemputku lagi. Tanpa pemberitahuan pula.''
''Aku harap dia lebih sering ke sini Fen. Dia membuat suasana cafe menjadi cerah, aku juga jadi bisa menyegarkan mataku karena ketampanannya. Kau tahu sendiri kan Andi sama sekali tak bisa diandalkan,'' ucap Mita menatap Farel dengan tatapan kagum.
''Hey, aku mendengarnya,'' sindir Andi yang baru saja selesai membersihkan meja.
''Baguslah kalau kau dengar.''
''Lagipula kau berkaca sana, laki-laki sekelas teman Feny itu takkan melirikmu.''
Mita menatap Andi sengit. ''Aku tidak pernah berkata ingin dilirik si Tampan ya. Berhenti sok tahu bocah.''
Feny tak mau ambil pusing dengan pertengkaran konyol Mita dan Andi yang sudah sangat sering terjadi, ia pun memilih untuk mengantarkan pesanan Farel yang sudah siap.
''Menunggu 20 menit tidak apa kan?'' tanya Feny setelah meletakkan secangkir Americano di atas meja.
''Tentu.''
Feny tersenyum, namun ketika ia menyadari cafe yang semakin ramai membuatnya menghela napas dengan berat. Hal yang sering terjadi jika Farel datang.
Pesona seorang Farel Aristo Smith memang tidak main-main, right?
*****
Tepat saat jam 9 malam mereka memutuskan untuk pulang dari toko buku. Untungnya Farel masih ingat untuk melirik jam tangan yang ia kenakan, jika tidak begitu mereka akan lupa waktu dan menunggu diusir oleh pihak dari toko buku tersebut.
Toko buku memang surga dunia bagi murid pintar seperti mereka.
Feny merasa angin malam semakin menusuk kulitnya, apalagi ia hanya memakai kaos berlengan panjang. Farel malah lebih parah, ia hanya memakai kaos berlengan pendek tanpa memabawa jaket yang selalu ia pakai jika mengendarai motor besarnya. Walaupun begitu, ia tak terlihat kedinginan sedikitpun. Atau bisa saja ia sedang menahan rasa dingin?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Always Beside You
Teen FictionPENGUMUMAN!!! Cerita ini awalnya berjudul ''Love and Loyalty''. Dan sekarang mengalami perombakan, ada banyak bagian yang berbeda, namun inti cerita tetap sama. ***** Berawal dari rasa penasaran, hingga akhirnya kini ia merasa harus terus berada di...