Seorang laki-laki berparas tampan dan berambut pirang menuruni pesawat pribadinya, matanya menelisik keadaan sekitar dengan kacamata hitam menutupi netra hitam gelapnya. Ia berjalan menuju mobil yang ditunjukkan oleh orang suruhan ayahnya.
Laki-laki tersebut adalah Farel. Kini ia tengah berada di ibu kota Amerika Serikat, tempat di mana pusat bisnis-bisnis keluarganya berada.
Keberadaannya di sana atas dasar suruhan ayahnya yang mengaku tengah sakit dan merindukan anaknya. Hal tersebut membuatnya mau tidak mau menemui ayahnya setelah bertahun-tahun tak mengunjungi mansion utama keluarga Smith. Tempat di mana ayahnya tinggal.
Ia juga sengaja tak memberi kabar apapun kepada Feny atas kepergiaannya ke Negeri Paman Sam tersebut. Hal itu dikarenakan apa yang sudah terjadi di antara mereka terakhir kali mereka bertemu.
Ia bukannya marah pada gadis itu, sama sekali bukan. Ia hanya tidak habis pikir dengan hati gadis itu yang terlewat baik hingga rela memposisikan dirinya ke dalam bahaya demi membantu orang lain. Padahal prioritas Farel saat ini adalah untuk melindunginya.
Tidakkah ia mengerti dan berhenti membuatnya merasa khawatir?
Tapi ia tak bisa menyalahkan gadis cantik itu begitu saja. Karena Feny adalah Feny. Ia terlalu baik dan selalu berusaha berani demi membantu orang lain, padahal gadis itu hanyalah seorang gadis penakut dan mudah gugup dalam hal apapun. Dan itu yang membuatnya menarik. Bahkan untuk Farel Aristo Smith sekalipun.
Sesampainya di mansion keluarganya, Farel keluar dari mobil dengan napas yang memberat. Ia merasa begitu lemas melihat bangunan yang begitu familiar di ingatannya. Tempat yang begitu ia hindari selama bertahun-tahun karena kenangan membahagiakan sekaligus menyakitkan untuknya.
Ia melepas kacamata hitam miliknya agar bisa melihat sekelilingnya lebih jelas.
Terlihat barisan para pelayan yang berjejer demi menyambut kedatangannya yang kini memberikan ekspresi khawatir ketika melihatnya.
''Tuan, apa anda baik-baik saja? Wajah anda tampak pucat.'' Tanya Alfred –kepala pelayan- yang kini berjalan menghampirinya.
''Aku baik-baik saja.'' Farel mengangkat telapak tangannya, mengisyaratkan agar berhenti khawatir.
Dengan langkah kaki yang tak sekuat biasanya, Farel kembali melangkahkan kakinya dengan pelan. Sapaan-sapaan para pelayannya terdengar jelas di telinganya.
Matanya melihat-lihat mansion yang sudah lama tak ia datangi itu. Tempat penuh kenangan sekaligus menakutkan untuknya. Di setiap sudut yang berada di sana, membuatnya mengingat segala kenangan bersama ibunya yang sudah tiada. Wanita yang sangat ia cintai namun telah lama pergi dengan cara yang begitu mengenaskan.
Ibunya meninggal dengan cara mengenaskan tepat di depan matanya, hal itu cukup membuatnya nyaris gila untuk beberapa lama. Ia pikir setelah pengobatan psikis yang ia lakukan dan juga seiring berjalannya waktu akan membuatnya baik-baik saja ketika datang ke mansion tersebut. Tapi ternyata tidak.
Rasanya kembali mengulang kejadian menyedihkan itu di kepalanya tak mau berhenti. Bahkan untuk bernapas pun semakin sulit ia lakukan, padahal ia sendiri tak memiliki penyakit pernapasan apapun.
Keadaan seperti ini begitu familiar untuknya, terakhir ia merasa begitu lemah seperti ini ketika ia berumur 10 tahun. Sudah lama sekali. Dan mirisnya ia harus kembali merasakan penderitaan ini lagi.
Pandangannya mulai mengabur. Suara jeritan ibunya dengan jelas muncul di kepalanya tanpa permisi, membuatnya begitu menderita. Dengan pipi yang mulai membasah tanpa ia sadari, ia terjatuh ke lantai dingin karena tubuhnya sudah tidak kuat menghadapi rasa sakit tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/177956970-288-k527792.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Always Beside You
Novela JuvenilPENGUMUMAN!!! Cerita ini awalnya berjudul ''Love and Loyalty''. Dan sekarang mengalami perombakan, ada banyak bagian yang berbeda, namun inti cerita tetap sama. ***** Berawal dari rasa penasaran, hingga akhirnya kini ia merasa harus terus berada di...