Saat bel pulang sekolah berbunyi, Feny segera disibukkan dengan memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas. Hal tersebut juga dilakukan oleh teman-teman sekelasnya yang lain. Sementara itu, guru pengajarnya sudah keluar dari kelas entah sejak kapan.
Namun suara ketokan pintu kelas membuat semuanya menoleh, dan memusatkan perhatian ke arah sana.
Feny terkejut karena ia bisa melihat Adrian yang kini memasuki kelasnya. Lalu ia mendengar suara ribut dari teman-teman sekelasnya yang berjenis kelamin perempuan sambil cekikikan melihat laki-laki itu.
Adrian memang memiliki wajah yang tampan. Wajahnya juga terlihat manis dengan darah Jawa yang begitu kental di tubuhnya. Ia bahkan mempunyai lesung pipit yang membuat perempuan-perempuan yang melihatnya akan semakin gemas dan ingin mencubit pipinya dengan keras.
Adrian berjalan semakin masuk ke dalam kelas sambil tersenyum. Membuat lesung pipitnya itu muncul, dan membuat suasana kelas Feny semakin riuh. Bahkan para laki-laki berseru kesal karena suara ribut itu dan akhirnya memilih untuk segera keluar dari kelas.
Entah ini benar atau tidak, sepertinya ia sedang berjalan ke arahku.
Dan ternyata dugaan Feny terbukti benar ketika mendengar laki-laki itu menyapanya dan juga Farel. ''Hai, Feny.'' Lalu ia melirik ke arah Farel. ''Hai juga untukmu Farel.''
Feny balas tersenyum dan berusaha mengabaikan tatapan penasaran dari teman-teman kelasnya. ''Hai Adrian. Apa ini soal olimpiade?''
Feny sedikit mengeraskan volume suaranya di bagian kata 'olimpiade', karena ia tak ingin teman-temannya yang terlihat menyukai Adrian itu akan berbalik membencinya. Ia sudah cukup dibenci oleh para penggemar Farel, dan ia tak ingin hatersnya semakin bertambah.
Walaupun nyatanya hatersnya itu tak pernah menampakkan wujud secara terang-terangan. Tapi ia cukup sadar diri, Farel kan sangat populer di sekolah.
''Iya benar,'' jawab Adrian yang kini sudah duduk di depan tempat duduk Feny yang sudah kosong. Karena pemiliknya sudah pulang terlebih dahulu.
''Kebetulan sekali, baru saja aku berniat ke kelasmu besok untuk membahas soal itu. Kita kan belum sempat bertukar nomor telepon.''
Ucapan Feny kali ini mampu menarik perhatian Farel yang sedari tadi memilih untuk diam. Ia kini bahkan memperhatikan interaksi Feny dengan laki-laki dari kelas terbelakang itu dengan tatapan tidak suka.
Entah apa alasan ia merasa begitu.
''Jangan ke kelasku, di sana berbahaya.''
Feny mengerutkan keningnya bingung. ''Bahaya kenapa?''
''Teman-teman kelasku suka merayu gadis cantik sepertimu.'' Adrian kembali tersenyum. Sepertinya dia memang tipe orang yang murah senyum dan berkata manis. ''Tapi jika kau ke sana bersama Farel atau aku, kau akan aman.''
Mendengar itu membuat Feny tersenyum sambil melirik ke arah Farel. Ia memang selalu merasa aman jika bersama Farel.
''Bisakah kita fokus membahas olimpiade saja?'' sela Farel dengan nada yang terdengar kesal. Ia merasa kesal ketika mendengar kalimat Adrian yang terdengar memuji Feny secara tidak langsung. Matanya juga menangkap Feny yang tersenyum senang mendengarnya.
Adrian berdehem, saatnya untuk serius. ''Oh iya, aku kemari untuk menanyakan kapan kita akan belajar bersama?''
''Bagi saja bagiannya lalu belajar sendiri-sendiri tanpa belajar bersama,'' ucap Farel tiba-tiba.
Feny merasa heran karenanya. Tidak biasanya Farel berkata seperti itu, biasanya ia akan memasrahkan sistem belajar kelompok mereka pada Feny. ''Farel, kita lakukan seperti biasanya saja.''

KAMU SEDANG MEMBACA
I Always Beside You
Ficção AdolescentePENGUMUMAN!!! Cerita ini awalnya berjudul ''Love and Loyalty''. Dan sekarang mengalami perombakan, ada banyak bagian yang berbeda, namun inti cerita tetap sama. ***** Berawal dari rasa penasaran, hingga akhirnya kini ia merasa harus terus berada di...