Feny datang ke ruang tamu dengan nampan yang berisikan minuman untuk tamu-tamunya. Ya, tamu yang datang pada siang hari itu lebih dari satu orang. Dan ia sama sekali tak menyangka jika mereka tahu rumahnya dan akhirnya memutuskan untuk bertamu.
''Maaf ya, aku hanya punya ini,'' ucap Feny selagi menaruh minuman-minuman itu di atas meja. Dan ucapannya tersebut hanya direspon anggukan oleh mereka.
Suasana begitu canggung, membuat Feny bingung untuk bersikap seperti apa. Sebelumnya ia tak pernah berbicara dengan mereka yang tergolong murid-murid kaya nan populer di sekolah. Bahkan berpapasan saja jarang.
''Sebelumnya aku mengucapkan belasungkawa atas kematian Victoria. Aku tak menyangka ia akan pergi dengan begitu cepat meninggalkan kita.'' Feny membuka suara, memecah suasana canggung yang sedari tadi menyelimuti mereka.
''Terima kasih Feny, tolong bantu doa untuk Victoria agar tenang di sana,'' balas gadis berkacamata yang bernama Karin. Suaranya terdengar begitu kalem dan bijaksana.
''Pasti akan kudoakan.'' Feny mengangguk. ''Omong-omong... ada apa ya kalian kemari? Bukannya aku tak senang atas kehadiran kalian, tapi kupikir kita tak pernah kenal sebelumnya walaupun tentu saja aku tahu kalian karena kalian begitu terkenal di sekolah.''
Kata-kataku tidak menyinggung mereka bukan? Aku hanya bingung mengapa mereka tiba-tiba berada di rumahku. Batin Feny.
Teman-teman dari seseorang yang sudah meninggal sekaligus orang yang sempat berniat buruk padanya kini malah bertamu di rumahnya, wajar bukan jika Feny merasa bingung dan aneh?
''Apa kau tahu sesuatu soal apa yang terjadi pada Victoria sebelum ia dinyatakan menghilang?'' kali gadis berambut pendek yang membuka suara sekaligus melayangkan pertanyaan pada Feny. Ia tahu gadis itu, namanya Christin, anak dari aktris dan aktor terkenal di Indonesia.
Jadi mereka kemari ingin mengorek informasi darinya. Tapi, kenapa harus dirinya? Apa mereka tahu soal apa yang direncanakan Victoria padanya?
Feny merasa bingung, namun menurutnya tak ada salahnya memberi tahu apa saja yang ia ketahui. Ia mengerti bagaimana perasaan mereka yang ditinggal oleh teman baik dengan cara yang seperti itu.
''Sebelumnya saat kelasku mengikuti mata pelajaran di lapangan basket, Farel memergoki Victoria yang hendak melakukan hal buruk padaku. Aku tak tahu bagaimana detailnya, karena awalnya yang memergoki hanya Farel sementara aku menyusul setelahnya. Aku bahkan bingung kenapa Victoria mempunyai kunci kelasku.''
Gadis yang Feny kenal dengan nama Fira itu nampak tak puas dengan jawabannya. ''Jadi kau tak tahu detailnya?'' Feny mengangguk. ''Kau tak tanya pada Farel?''
''Tidak, saat itu Farel benar-benar marah pada Victoria. Aku sudah lama tak melihat Farel semarah itu, jadi aku takut mengungkitnya lagi. Aku takut jika Farel kembali marah dan mengancam Victoria lagi selain menyuruhnya pindah sekolah. Tapi kalian jangan salah paham dulu, Farel bukan orang jahat, tapi ketika marah ia memang sedikit menyeramkan.''
Feny terpaksa tak mengatakan bagaimana Farel mengancam untuk membunuh Victoria jika gadis berambut pirang itu tak mau pindah sekolah. Ia tak ingin teman-teman Victoria itu semakin kalut. Toh ia tahu jika Farel tak bersungguh-sungguh atas ancamannya. Jadi menutup mulut soal itu merupakan hal yang terbaik menurutnya.
''Memang apa yang hendak dilakukan Victoria padamu?'' kali ini Karin yang bertanya.
''Ia berniat memasukkan obat perangsang pada minumanku. Aku tak mengerti kenapa ia melakukan itu, tapi untung saja Farel memergokinya.'' Feny benar-benar bersyukur Farel memergoki Victoria kala itu. Jika tidak, ia tak tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Farel benar-benar penyelamatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Always Beside You
أدب المراهقينPENGUMUMAN!!! Cerita ini awalnya berjudul ''Love and Loyalty''. Dan sekarang mengalami perombakan, ada banyak bagian yang berbeda, namun inti cerita tetap sama. ***** Berawal dari rasa penasaran, hingga akhirnya kini ia merasa harus terus berada di...