Feny dan Farel berjalan beriringan menuju kelas. Walau ekspresi Farel tetap datar saat menanggapi candaan Feny, tapi mereka berdua tetap terlihat dekat dan akrab. Mereka seperti memiliki dunianya sendiri.
Segerombolan gadis-gadis berjumlah empat orang terlihat tidak suka melihat keakraban tersebut. Terlihat sekali jika mereka merupakan penggemar Farel yang tidak menyukai kedekatan laki-laki idaman mereka itu dengan perempuan yang bagi mereka rendah seperti Feny.
''Bukankah kemarin lusa mereka terlihat sedang bertengkar ya? Kenapa sekarang jadi dekat kembali? Aku benci melihat mereka bersama,'' ucap gadis berambut pirang. Terlihat sekali rambut pirangnya merupakan hasil karya pegawai salon.
''Aku juga. Padahal aku sangat bahagia saat melihat mereka bertengkar kemarin lusa. Kenapa mereka cepat sekali sih berdamainya,'' sahut gadis berambut pendek seraya mendengkus sebal.
Gadis bertubuh paling pendek diantara mereka ikut berkomentar, ''Aku yakin pasti Feny yang merayu Farel lebih dulu. Aku dengar dia menarik Farel berduaan di UKS kemarin.''
''Benarkah?''
''Well itu sudah pasti, tidak mungkin pangeran dingin seperti Farel yang mendekati Feny lebih dulu. Aku benci sekali dengan gadis murahan itu,'' ujar gadis berkacamata.
''Arrgghhh ... aku muak sekali melihat Feny menempeli Farel terus-menerus. Aku ingin memberi dia pelajaran, kalian mau ikut?'' tawar gadis berambut pirang kepada teman-teman satu gengnya.
''Kau yakin? Kau tidak takut dengan Farel?''
''Itu terlalu berbahaya Vic, aku memang tidak takut dengan Feny. Tapi aku sangat takut dengan Farel. Aku sudah dengar jika Farel akan menghancurkan orang-orang yang mengganggunya. Kalian ingat kan apa yang terjadi saat kita masih kelas 10?''
''Kasus kakak kelas yang langsung dikeluarkan dari sekolah setelah berusaha mendekati Farel dan menjambak rambut Feny itu kan?''
''Benar, dan itu sudah pasti ulah Farel. Lebih baik kita tetap berada di zona nyaman saja. Aku lebih suka mengagumi Farel dari jauh dibandingkan mempertaruhkan kehidupan SMA ku.''
''Fira dan Christin benar Vic, kau kira selama ini alasanku tidak pernah mendekati Farel apa? Itu karena Farel berbahaya, jadi aku hanya bisa mengaguminya diam-diam.'' Gadis berkacamata –yang bernama Karin- itu ikut menolak ajakan Victoria seperti teman-temannya yang lain.
''Astaga kalian pengecut sekali. Farel tidak akan melakukan apapun pada kita jika kita tidak ketahuan olehnya. Lagipula apa kalian tidak muak melihat kedekatan mereka?'' kata Victoria berapi-api.
''Yang pasti aku tidak akan ikut Vic. Maafkan aku, tapi aku tidak mau hidupku rusak hanya karena alasan seperti itu.'' Christin -si gadis berambut pendek- tetap menolak ajakan Victoria. Ia merasa kecil kemungkinan jika rencana temannya itu akan berhasil, mengingat kekuatan keluarga Smith yang bisa mencari informasi apapun. Apalagi informasi mengenai rencana Victoria tersebut.
''Benar apa kata Christin, aku tidak ikut.''
''Aku juga.''
Karena tak ada satupun dari temannya yang ikut dengan rencananya, emosi Victoria semakin meningkat. ''Ya sudah, aku akan melakukannya sendiri. Dasar pengecut! Aku yakin di balik sifat dingin Farel, dia itu sangat baik. Bahkan jika aku ketahuan, aku yakin dia tidak akan sampai hati menyakiti gadis paling cantik di sekolah ini seperti aku.''
Victoria langsung pergi ke kelas dengan perasaan marah. ''Dasar tidak setia kawan!''
*****
Saat ini seluruh murid kelas 12-IPA1 berada di lapangan basket outdoor karena mata pelajaran olahraga. Mata pelajaran yang tidak disukai Feny. Ia lebih menyukai mata pelajaran yang mengandalkan otak dibandingkan fisik.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Always Beside You
Teen FictionPENGUMUMAN!!! Cerita ini awalnya berjudul ''Love and Loyalty''. Dan sekarang mengalami perombakan, ada banyak bagian yang berbeda, namun inti cerita tetap sama. ***** Berawal dari rasa penasaran, hingga akhirnya kini ia merasa harus terus berada di...