MENCINTAIMU PART III

3.4K 184 3
                                    

***
Mas Panji telah kembali, dia datang dengan membawa beberapa tangkai bunga segar dan sekotak coklat.

"coklat?", tanyaku.

"iya. Kamu udah bosen makan makanan yang kurang enak kan?"

"apa boleh?"

"sstttt umpetin jangan sampe ketahuan dokter atau susternya!"

"hi hi hi", aku mengambil satu lalu memakannya.

"wahhh enak banget", ucapku yang terpesona dengan rasa coklat itu.

"Irna udah pulang daritadi?", tanya nya sambil memasukkan bunga yang dia bawa ke dalam vas.

"15 menit sebelum kamu datang"

"sebelum masuk kesini aku konsultasi sama dokter. Katanya gak ada yang serius sama kamu, hasil labnya juga bagus, jadi mungkin besok kamu udah boleh pulang"

"huft akhirnya! Aku udah bosen disini!"

"aku beresin barang - barang kamu dulu ya!"

"gak usah mas, biar aku aja yang beresin besok!"

"gapapa", ucapnya sambil memasukkan beberapa barangku kedalam tas.

Mas panji seperti tidak pernah lelah untuk selalu menemaniku. Malam itu pun dia tidak pulang, dia tidur di sofa di dalam kamar rawat inapku. Perjuanganmu sudah begitu berat mas, tapi maaf! Maaf kalau hatiku belum terarah kepadamu.

Aku tidak bisa tidur malam ini, sudah beberapa kali aku menarik selimut lalu menyingkapnya lagi. Aku merasa bosan!. Aku ingin menyalakan TV, tapi aku tidak ingin mengganggu Mas Panji yang tengah terlelap. Aku mencoba meraih ponselku yang di atas meja.

Prakkkkk

"upss", aku tidak sengaja menjatuhkan ponselku.

Mas panji membuka matanya, dia segera menolah ke arahku. Dengan wajah yang masih mengantuk, dia bangkit dan berjalan mendekat kepadaku. Dia menunduk dan mengambilkan ponselku yang tergeletak di lantai.

"nih", ucapnya sambil memberikan ponsel itu kepadaku.

"maaf ya mas"

"gapapa", ucapnya sambil tersenyum.

"mas tidur lagi aja gapapa"

"kamu gak bisa tidur?", ucap Mas panji sambil menarik kursi dan duduk di dekatku.

"iya"

"kenapa?"

"gak tau! Aku udah coba tapi gak bisa merem"

"sekarang kamu rebahan"

Pelan - pelan Mas Panji merebahkan tubuhku, dia menarik selimut untuk menutupi tubuhku. Lalu dia duduk kembali di sampingku. Dia terus memandangiku sampai aku merasa malu, aku menarik selimut ke atas hingga menutupi wajahku, aku mengubah arah dan membelakanginya. Aku tidak nyaman di pandang dengan tatapan yang sangat tulus seperti itu. Kemudian rasa kantuk mulai muncul, lalu aku bisa menutup mataku.

Bukan hanya menemaniku tapi Mas Panji pun yang mengurus segalanya. Dia malah sudah terlihat seperti suamiku saking begitu setianya dan tulusnya dia menemani dan merawatku saat sakit. Sebelum pulang salah satu perawat melepas infus, di tengah tugasnya kami berbincang sedikit.

"mbak Tania beruntung ya, punya suami kayak Mas Panji"

"uhuk", aku terkejut hingga tersedak ludahku sendiri.

"ah gak usah gugup gitu mbak. Hempp langka loh suami kayak mas Panji gitu, setia banget nemaninnya kelihatan banget kalau dia begitu telaten ngurusin mbak Tania"

"memang kelihatan seperti itu ya sus?"

"iya! Mbak Tania! Kalau ada Mas Panji yang versi jomblonya aku mau loh! Atau Mas Panji punya adik? Wah adiknya atau kakaknya pasti sama seperti Mas Panji"

"suster salah paham. Dia bukan suami saya!"

"loh? Yang bener atau cuma mau meledek saya doang nih?"

"dia belum jadi suami saya"

"wah kalau kayak gitu harus cepet! Saya kasih tau aja ya mbak, laki - laki kayak Mas Panji itu pasti banyak yang mau. Ganteng, Sabar, baik, ibadahnya juga rajin, katanya dia juga tajir ya mbak? Kalau gak mau saya juga mau"

Ceklek

Panji muncul dari pintu, dia tersenyum dan menghampiriku.
"udah beres. Yuk kita pulang"

"baru di rumpiin mas eh udah dateng", ledek Suster.

"ngerumpiin apa nih kalian?", tanya nya.

"rumpiin suami baik kayak Mas Panji", jawab suster tersebut.

"eehmmm", aku tidak bisa berkata apapun hanya bisa menoleh kepadanya lalu tersenyum.

"nah mbak Tania sudah selesai. Dirumah istirahat dulu ya!, oya nanti kalau udah nikah kesini lagi ya! Tapi ya jangan sakit! Yang lain gitu hehehe"

"yang lain apa sus?", tanya Mas Panji sambil meledek.

"yah kali aja sama Mas Panji juniornya"

"hahahahahah suster bisa aja"

Duh aku dalam situasi aneh apa ini? Mas Panji junior? Menikah dengannya saja aku tidak pernah memikirkannya apalagi jadi ibu dari anaknya!. Suasana ini begitu canggung untukku, hatiku semakin tersentak dan merasa kalau aku ini orang yang sangat bersalah karena tidak mau menerima Mas Panji dan tetap menunggu Cinta pertamaku itu.

Tubuhku yang masih lemah membuatku langkahku terhuyung, tapi dengan sigapnya Mas Panji selalu menjagaku agar tidak jatuh. Dia berjalan pelan - pelan di sampingku.

"maaf ya tadi kamu gak nyaman ya sama candaan aku sama suster itu?", ucapnya.

"oh gak apa kok"

"aku tau kok pasti kamu merasa gak nyaman banget, apalagi sampai bawa - bawa Panji junior", ucapnya sambil melempar senyum kepadaku.

"gapapa mas. Justru aku yang minta maaf, karena udah terlalu ngerepotin mas"

"ini udah aku anggap sebagai kewajiban aku"

Tapi kewajiban yang kamu ambil terlalu berat mas! Hingga aku bingung harus berbuat apa. Disatu sisi kamu sudah begitu baik dan tulus, aku akui kamu adalah calon suami yang sempurna untuk para perempuan. Tapi di sisi yang lain aku masih menyimpan Rio mas! Rio masih tersimpan dengan rapih. Terkadang aku bertanya dalam hatiku, apakah Mas Panji tidak pernah lelah harus seperti ini terus?. Tapi kelihatannya memang dia tidak pernah merasakan lelahnya, apapun keadaannya pasti dia selalu datang untukku.

Dia membukakan pintu mobil untukku, meraih tanganku dan menbantuku untuk turun dengan sangat hati - hati. Dia mengantarku masuk kedalam rumah, barang - barangku pun dibawanya. Dia mengantarku sampai ke dalam kamar, tubuhku yang masih sangat lemas membuatku ingin cepat - cepat menyentuh kasur. Aku merebahkan diriku lalu dia membantu menarik selimutnya, dia meletakkan barangku di dekat lemari.

"Tania, aku urus kerjaan dulu ya. Kalau ada apa - apa telepon aku"

"terimakasih Mas"

"ingat ya! Kalau kamu butuh sesuatu atau ada yang terjadi yang aneh - aneh harus cepat telpon aku!"

"iya mas", jawabku sambil mengangguk.

"kalau gitu aku pergi dulu"

"iya"

"assallamuallaikum"

"waallaikumsallam"

YAKIN (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang