PENGHALANG PART II

2.9K 140 3
                                    

Tania mengendap - endap memainkan ponselnya di ruang tamu. Ia mengusap layar dan menekan angka 1.

Tutttt

"Hallo. Assallamuallaikum, kangen ya?"

"sebentar aku lagi cari tempat yang aman"

Tania berjalan ke dalam kamar dan masuk ke dalam toilet.

"tau gak aku dimana?"

"dimana?"

"di toilet hi hi"

"jangan bilang begitu nanti khayalan aku jadi liar loh"

"ih itu mah kamu aja yang mesum"

"tante Ice gak nakal kan?"

"ada juga kamu yang nakal. Kamu lagi dimana?"

"di kantor nih"

"aku pengen ketemu sama kamu"

"iya tapi gak boleh sama tante ice. Kamu mau aku di jewer"

"yah!"

"sabar sayang"

"sebulan itu lama banget"

Tok... Tok... Tok

"Tania, kamu masih lama gak? Kita harus fitting kebaya loh", terdengar suara tante Ice yang berteriak dari luar.

"suara Tante Ice. Kamu fitting gak?"

"Besok designernya ke kantor"

"ih enak banget"

"aku lagi banyak kerjaan sayang. Lumayan buat tambahan biaya resepsi"

"gak mewah juga gapapa kok"

"sederhana kok sayang"

Tok... Tok...

"Tania kamu mau ngomong sama siapa?"

"sebentar Mama Ice", jawab Tania gugup

"eh aku udah di uber - uber. Udahan dulu ya"

"okey. Assallamuallaikum"

"waallaikumsallam"

Panji meletakkan ponselnya, kemudian dia mulai berpikir.

"apa aku ceritakan saja pada Tania soal Karin?. Akan jadi salah paham jika dia tau dari orang lain"

Panji bimbang, dia juga merasa bersalah dengan permasalahan rumah tangga Karina yang jadi runyam karenanya.

***

Tania merapikan dirinya, dia menyalakan kran agar actingnya semakin meyakinkan. Dia keluar seolah tidak terjadi apa - apa, dia masukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan membuka pintu.

Ceklek...

"eh Mama Ice masih nunggu disini?"

"hemp nakal ya!. Sini", Mama Ice menyodorkan telapak tangannya

"apa?", tanya Tania yang pura - pura tidak tahu.

"Hp! Di bilangin bandel banget. Ini itu untuk kebaikan kalian, supaya pas ketemu jadi tambah gereget"

"iya maaf"

"ayuk kita udah telat"

Mama Ice menarik tangan Tania lalu berangkat menuju butik. Di sepanjang perjalanan Tania terus cemberut, dia menginginkan ponselnya. Dia memohon pada Mama Ice.

"Ma, boleh ya Hpnya sebentar aja"

"buat apa? Chat sama Panji?"

"bukan Ma"

YAKIN (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang