TAK MEMILIKI ALASAN

3.6K 178 4
                                    

Ddrrttt.... Drttt.... Drrtt...

"Assallamuallaikum pa"

"Waallaikumsallam. Panji kenapa kamu gak temui klien kita? Katanya kamu mendadak pulang malam - malam"

"maaf pa. Panji harus melakukan sesuatu yang lebih penting"

"Tania?"

"iya pa. Tania sakit waktu itu, jadi Panji segera kembali ke jakarta"

"sudahlah! Menyerah saja panji! Sudah berapa lama kamu seperti ini? Toh menjaganya gak perlu menjadikan Tania sebagai istrimu kan"

"tapi cuma cara itu yang bisa Panji lakukan untuk jaga kehormatannya pa"

"Panji! Jangan kamu harapkan sesuatu yang sampai sekarang belum jelas! Kamu harus lanjutkan hidupmu, kamu harus menikah dan punya keturunan! Kalau kamu menunggu Tania terus mau sampai kapan?"

"sampai Tania mau pa"

"pikirkan hidupmu Panji! Jangan terus - terusan menunggu Tania"
papa memutuskan telponnya

Panji menyadarkan tubuhnya di kursi sambil menghela nafas panjang dan memejamkan matanya. Dia merasa penat dan begitu lelah, disaat sedang sendirilah dia bisa meluapkan segalanya karena baginya pantang untuk terlihat lelah di hadapan Tania. Jika dia memiliki alasan untuk pergi, mungkin sudah daridulu dia lakukan. Panji tidak bisa di ibaratkan dengan apapun, karena Cintanya begitu bulat dan tidak bisa untuk dirubah.

Tania adalah satu nama yang bisa membuatnya menyembunyikan segala rasa lelah yang ia rasakan. Dia adalah alasan untuk tetap bertahan. Tania adalah sebuah permata yang harus dia jaga dengan baik, karena baginya Tania sangat berharga. Dia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, entah sudah berapa rasa lelah yang telah dia tahan untuk Tania? semua tak terhitung!. Tubuhnya merasa berat dan semua terasa sakit, dia menahan segala rasa tidak nyaman yang sedang dia rasakan dan mencoba untuk memjamkan matanya.

***

Tania yang sudah pulih mulai tampak lagi menyibukkan dirinya di toko kue. Keras kepala Tania tidak bisa di lunakkan oleh siapapun, meski sudah di tegur berkali - kali oleh Irna tapi dia tidak menggubrisnya dan tetap fokus kepada kue - kuenya.

"bandel ya dibilanginnya!", tegur Irna.

"diem! Gue lagi sibuk nih!"

"Ta, setidaknya loe jaga kesehatan loe untuk Panji. Karena kalau terjadi apa - apa sama loe dia yang bakal repot"

"huft", Tania mengehela nafas dan melepaskan adonan yang ada di tangannya.

"merasa bersalah kan?"

"Ir. Gimana ya caranya bikin Panji berhenti!"

"gampang!"

"caranya?"

"terima dia!"

"lah terus nanti dia jadi suami gue dong! Itu makin bikin gue merasa bersalah!"

"ya enggaklah!"

"gimana enggak! Yang ada nanti dia lebih berkorban banyak buat gue"

"justru dengan jadi suami loe dia tidak akan berkorban lagi! Karena semua telah berubah menjadi kewajiban"

"ck gue cari cara lain aja!"

"TANIA!", Irna membentak

"kenapa sih kok loe jadi pake urat gitu?"

"apa yang loe harapkan dari Rio?", ucap Irna sambil mengguncang - guncangkan tubuh Tania.

"dia belum balas suratnya Irna!"

YAKIN (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang